Serial Santuy Utuh Bakencong
Agaknya tak ada yang lebih nikmat di pagi hari daripada hangatnya secangkir kopi. Aroma wanginya yang khas berpadu dengan rasa asam pahit membuat jiwa menjadi tenang dalam kesederhanaan hidup. Begitulah yang dilakukan Utuh Humbut di beranda depan saat menunggu Utuh Bakencong pagi ini.
"Nikmat sekali!" ungkapnya dalam gumam yang jujur.
Sementara itu bunyi mesin kendaraan berlalu-lalang dalam gelombang udara dengan suara yang bising. Dan, beberapa waktu kemudian sebuah salam terdengar dari arah matahari terbit.
"Assalamu'alaikum!" seru Utuh Bakencong.
Utuh Humbut pun membalasnya penuh gembira.
"Narai kabar?" tanya Utuh Bakencong tentang kabar temannya itu dalam bahasa Bakumpai.
"Kabarku baik."
"O iya, aku dengar seorang pria muda yang tinggal di belakang sana mabuk di pasar tadi malam. Aku lupa namanya."
"Oh itu paman Otong. Nama lengkapnya Lontong Zaman. Ia mabuk berat tadi malam sampai dibawa beberapa orang dengan tandu sampai rumahnya."
"Waduh! Memangnya ada apa gerangan sehingga ia mabuk seperti itu?"
"Masalah cinta. Ia gagal menikahi wanita yang sangat dicintainya."
"Siapakah wanita tersebut?"
"Putri kesayangan paman Lamak."
Mereka terlihat begitu semangat membicarakan paman Otong. Sesekali keduanya tertawa terbahak-bahak. Sesekali pula menikmati seduhan kopi yang hangat.
"Semoga saja paman Otong akan baik-baik saja," harap Utuh Bakencong.
Utuh Humbut segera mengamininya.
Tak lama kemudian keduanya menyudahi pembicaraan santai tersebut dan beranjak ke samping rumah. Ya, sebagian dinding samping rumah itu memang harus diperbaiki setelah angin kencang menerpa wilayah tersebut tadi malam. (MJA).
Keterangan.
Narai
pron apa
Saksikan pula film pendek serial ini di video berikut.
0 comments:
Post a Comment