![]() |
Sumber: Pixabay |
Ke manakah uang yang sebegitu banyak tersebut mengalir?
Agaknya pertanyaan itulah yang pertama kali muncul di benak kita terkait tambang nikel di Morowali. Dalam Kanal YouTube Manusia Merdeka, Senin (10/2/2025), Muhammad Said Didu menyoroti langsung daerah di sekitar tambang yang diserahkan Jokowi kepada perusahaan China Daratan (baca: Republik Rakyat China).
Said Didu memperlihatkan kehidupan yang sedang terjadi di sana. Tampak jalanan yang rusak, rerumputan liar tumbuh subur, juga rumah-rumah sederhana. Tidak ada kemajuan untuk rakyat Indonesia di daerah tersebut. Jangankan mal, rumah makan Padang saja tidak ada. Ya, kehidupan ekonomi di Morowali (khusus daerah sekitar tambang) tidak sesuai dengan data statistik di atas kertas.
Ke manakah uang ratusan trilyun rupiah dari hasil ekspor nikel selama sepuluh tahun itu mengalir? Pertanyaan ini kembali terulang sekaligus untuk mempertegas status dan posisi Indonesia sendiri. Masihkah negara kita berstatus sebagai negara tambang? Ataukah hanya sebagai daerah tambang untuk China Daratan? Dengan kata lain benarkah Indonesia sekadar wilayah yang dikeruk sumber daya alamnya demi kemajuan negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu?
Idealnya Indonesia menyerahkan tambang nikel tersebut kepada perusahaan yang tepat. Hasilnya juga sebisa mungkin dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Termasuk pula untuk membayar utang negara yang telah mencapai angka ribuan trilyun. Sehingga, masyarakat bisa bernapas lega. Negara pun tidak perlu memangkas anggaran di sana sini hanya untuk program yang sedang dijalankan semisal makan gizi gratis. (MJA)
0 comments:
Post a Comment