Lapangan Dokter Murdjani
kukenang sebagai tempatku menghabiskan waktu sore hari . Di sini aku setiap
sore menonton pertandingan sepak bola. Jika tidak ada pertandingan resmi, maka
lapangan ini dijadikan sebagai tempat latihan klub-klub sepak bola yang ada di
kota Banjarbaru. Jadi setiap hari pasti ada orang main sepak bola di lapangan
ini. Semua pertandingan sepak bola yang digelar di lapangan ini bisa ditonton
dengan gratis oleh siapa saja. Hampir dapat dipastikan setiap sore sebagian besar
warga kota Banjarbaru tumplek blek menghabiskan
waktunya di lapangan Dokter Murdjani menyaksikan orang main bola.
Satu hal yang unik, setiap
kali terjadi adu penalti maka para penonton akan merapat ke lokasi adu penalti.
Mereka berkeliling dalam radius antara dua tiang gawang lurus ke depan hingga
sampai ke titik dua belas. Akibatnya sebelum tendangan penalti dilakukan wasit
terlebih dahulu harus menyetrilkan lapangan dari penonton yang duduk terlalu menjorok ke depan. Tidak
jarang bola yang ditendang pemain
eksekutor mengenai tubuh penonton, sehingga tendangan penalti harus diulang.
Sementara itu, penonton yang tubuhnya terkena bola akan diteriaki ramai-ramai
dengan kata-kata yang menurutku sangat lucu, yakni: bawa baludah (bahasa Banjar, cepat meludah).
Pada saat pertandingan
sepak bola berlangsung, para pengebut tidak ada yang berani melakukan
kebut-kebutan mengelilingi lapangan Dokter Murdjani, karena risikonya sangat
besar, dapat dipastikan tubuh mereka akan bonyok akibat dipukuli ramai-ramai
oleh para penonton sepak bola.
Sepulang dari menonton
sepak bola di lapangan Dokter Murdjani, aku dan segelinitir warga kota
Banjarbaru lainnya, biasanya tidak langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu
di lapangan Karel Satsuit Tubun. Di sini
setiap sore digelar pertandingan bola volley antarklub bola volley yang ada di
kota Banjarbaru. Jika yang bertanding kebetulan adalah antraklub bola volley
wanita, maka dapat dipatikan penontonnya akan berjubel.
Pertandingan kadang-kadang
berlangsung begitu sengit dan tak kunjung berakhir meskipun azan Magrib sudah
dikumandangkan oleh para muadzin di masjid-masjid dan surau-surau yang ada di
seantero kota Banjarbaru. Permainan bola volley dimaksud baru dihentikan
setelah game set.
Selain difungsikan sebagai
tempat menggelar latihan atau pertandingan bola volley, lapangan Karel Satsuit
Tubun juga sering dijadikan sebagai tempat untuk menggelar pasar malam, musyabaqah tilawatil qur’an, pemutaran
film gratis, malam hiburan rakyat untuk memperingati suatu even tertentu, atraksi
tong edan, atraksi akrobatik lepas tangan naik sepeda motor besar (orang
Banjarbaru biasa menyebutnya motor guduk-guduk) yang biasa dilakukan oleh Pak
Rahim seorang anggota Brimob, atau adu lambat naik sepeda (bukan adu cepat naik
sepeda sebagaimana lazimnya).
Silakan klik Daftar Isi untuk membaca cerpen-cerpen lainnya.
Silakan klik Daftar Isi untuk membaca cerpen-cerpen lainnya.
0 comments:
Post a Comment