MENTARI
PAGI INI
Hangatnya
terasa berbeda
aura kepedihan masih terasa
aku sering bertanya
benarkah hati nurani itu dimiliki setiap jiwa
Berjuta
kemarahan dan kebencian menyumbat di dada
aku tahu tak layak dimuntahkan dalam kata
lantas adakah cara menumpahkannya
agar lenyapkan bara
Mentari
yang menghangat pagi ini
masih setia seperti kemarin dan kemarinnya lagi
meski telah menjadi saksi kebengisan angkara yang tak terperi
hangat selalu membangkitkan semangat
Biarlah
tangis yang kemarin pergi
biarlah kemarahan luruh
kasih sayang tumbuhlah tumbuh
rangkai merangkai
dari hati yang tercerai berai
:
biar Tuhan saja yang memberi hukuman
karena Dialah yang memiliki keadilan
Semarang, 15 Januari 2016
RUMAH
MUNGIL BERHALAMAN HIJAU
Hujan
merintik melagukan kenangan
lihatlah bulir-bulir berjatuhan
menarikan mimpi-mimpi yang pernah singgah
gemercik meningkah dedaunan
lengkapkan seluruh bayang bermunculan
Rumput
hijau selimuti halaman
kaki kanak-kanak berkecipak
riuh dengan tawa dan gelak
di beranda kita bercengkerama
berkisah tentang pelangi setelah hujan reda
juga tentang awan
petir
hujan
hingga senyum dan tawa bertaburan
Rumah
mungil berhalaman hijau
tempat cinta tumbuh menghangatkan jiwa
meski pasti tangisan pun pernah tersedan
namun cinta selalu menguatkan
Itu
hanya impian, Sayang
ketika waktu telah jauh meluruh
mimpi itu masih tetap utuh
kaki kanak-kanak berkecipak
dan kita tertawa di beranda
menghiasi rintik hujan di kala senja
Semarang, 17 Januari 2016
SUATU
WAKTU
Secangkir
kopi menghangatkan pagi
merakit kembali angan yang pernah bersemi
sungguh cinta tak pernah pergi
selama yang maha cinta masih merestui
mengapakah
harus besedih
ketika jarak terasa makin berselisih
tak ada yang hilang
meski hanya selembar kenang
suatu
waktu
entah di kehidupan yang mana
dua jiwa tetap menyatu
jika itu sebuah cinta
Semarang, 20 Januari 2016
INI
TENTANG CINTA
Suatu
saat seseorang pernah tertawa
saat aku bicara cinta
waktu itu umurku melangkah kepala tiga
hingga aku bertanya-tanya
benarkah cinta hanya sebuah rasa di usia muda
hingga ketika anak-anak menjadi tanggung jawab di mata
arti cinta jadi berubah rupa
Suatu
saat seseorang pernah berteori
bahwa cinta bisa dipelajari
selagi hatimu ikhlas menerima dan memberi
maka cinta akan tumbuh sendiri
Suatu
saat seseorang pernah menasehati
cinta sejati hanya tumbuh di hati sepasang manusia yang telah mengikat janji
beriring sejalan menapaki hari
lalu aku bertanya dalam hati
bagaimanakah jika ikatan itu diciderai
bisakah tumbuh cinta sejati
Usia
terus berjalan
kepalapun mulai beruban
tentang cinta masih terus terpikirkan
jujurkah kau pada dirimu sendiri
cintakah yang membuatmu mengabdi
atau tuntutan nurani atas nama manusiawi
Karena
senyatanya kita memang bisa memilih
dengan siapa hendak menghabiskan sisa umur yang tersisih
tapi bisakah kau memilih siapa yang ternyata abadi menghuni hati
Semarang, 21 Januari 2016
HUJAN
DI HARI MINGGU
Hujan
berlagu di hari minggu
serupa rindu yang nyaring bertalu
melodi cinta yang tak pernah layu
dari semesta ke dasar kalbu
Hujan
adalah deretan kenangan
tertuang dari masa ke masa
saat kaki kecil telanjang berlarian
berpesta pora bersama derasnya
menyanyikan lagu cerah ceria
hujan
jugalah yang mengenang sebuah penantian
pada masa yang jauh tak berkesudahan
rintik luruhnya membasuh luka
hingga tak terasa berapa windu pun waktu berkelana
Dalam
hujan yang selalu menawan
kutitipkan sedekap pesan
tak ada yang berubah
seperti hujan yang setia singgah
maka janganlah ragu melangkah
pintu hati selalu tengadah
menyambutmu dengan segenap rindu
Semarang, 24 Januari 2016
PAGI
INI INGIN BERPUISI
Ingin
kurangkai sebait puisi
yang barangkali bisa mewakili isi hati
tentang pagi yang cerah hari ini
atau tentang hari sabtu yang selalu dinanti
Pernahkah
kau bertanya
kenapakah saat pagi matamu membuka
yang terselip di hati adalah ingatan duka
juga mungkin di pagi yang lain
mata terjaga dengan perasaan begitu bahagia
perlukah seharian sibuk mencari jawaban
Pagi
ini aku ingin berpuisi
melukiskan segenap kegundahan hati
atau mengirimkan rindu yang tak pernah beku padamu
dengan untaian kata paling puitis yang bisa kulukis
mengawali pagi yang selalu berseri
Sayangnya
aku tak bisa mengeja
rangkaian kata seakan selalu tak sempurna
jika itu untuk mengungkap rasa cinta
hanya mengalir saja
Meski
pagi ini aku ingin berpuisi
maafkan jika ternyata tak jadi
hanya rangkaian kata tak berarti
menghiasi pagi ini
Semarang, 30 Januari 2016
MENGENANGMU
Penghujung
januari
selalu mengajakku mengembara
pada masa yang jauh telah terlampaui
Seulas
senyum sejukkan hati
binar di mata tak mungkin berdusta
cinta pernah menembangkan lagunya
dalam melodi selaras seirama
ingin wujudkan mimpi
milik kita berdua
Ini
penghujung januari
sudah dua puluh tujuh kali terlewati
tapi senyum itu abadi menghuni hati
menguatkan hati tapakkan kaki
meski kau tak di sini lagi
Penghujung
januari
aku tak ingin air mata mengalir kembali
biarlah bunga putih di ujung halaman itu menjadi saksi
cinta pernah mempertemukan kita di sini
Semarang, 31 Januari 2016
RINDU
TAK BERTEPI
Tanah
itu mengikatku dengan temali
tak kasat mata namun terasa memaksa
untuk menarikku kembali
meski sudah berlaksa jarak ku mengembara
Mungkin
karena di sana
pertama kalinya kuhirup udara
pertama kalinya kubuka mata
pertama kalinya kulengking tangis
Ada
rindu yang tak pernah tuntas
setiap kepulangan terasa cuma selintas
ada yang terasa terus mengetuk
meski teredam berbagai hiruk pikuk
Di
sanalah tempat yang penuh damba
kembali dalam pelukan ayah bunda
meski raga terus merenta
di hadapannya aku merasa tetap menjadi anak kecil yang manja
:
karena di sanalah kutemui sejatinya cinta
Sragen, 10 Februari 2016
LUKISAN
WAKTU
Ketika
goresan-goresan kuas itu
tak lagi cemerlang seperti dulu
kau mungkin keliru memadukan warnanya
hingga hanya gelap kusam tampaknya
dan kanvas tua tak lagi mampu
menampilkan keelokan warnanya saat kau berulangkali
keliru memadupadankannya
Apakah
kau akan menghapusnya
apa kau kira warna centang perentang yang telah kau torehkan bisa kau enyahkan
dan kanvas tua kembali putih bersih
ataukah justru akan koyak dan rusak
Termenung
bimbang di tepian waktu
kembali menggoreskan warna
meski yang nampak hanya kelabu tua
sambil menata kembali palet-palet kotor
berharap hujan kan tiba
membasuh segala warna
Semarang, 15 Februari 2016
SELALU
PADAMU RINDUKU TERTUJU
Rinai
gerimis selepas senja
riwis-riwis berbisik mesra
seperti kidung asmara
yang terkirim dari kerinduan jiwa
dalam pengembaraan puluhan warsa
namun tak jua jumpa di dermaga
Pada
putaran waktu ku pernah mengadu
di manakah kan kutemu
teduhnya dahan memberikan perlindungan
pada derapnya langkah yang mulai kelelahan
namun waktu tak pernah memberi tengara
hingga langkahpun terus mengembara
Di
sini di kelamnya malam sunyi
bait-bait puisi mengeja imaji
merangkum rindu dari langkah ke langkah
meski seringkali mencoba merubah arah
namun putaran waktu memaksa kembali
tak ada lagi tempat yang harus kutuju
karena sejatinya rinduku selalu dan hanya tertuju padamu
Semarang, 16 Februari 2016
SUATU
SIANG
dari
selasar itu
takdapat lagi kupandang padang hijau menawan
yang selalu membangkitkan imajinasi
anak-anak berlarian
bermain sambil menggembala kerbau
dan sorak sorai kegirangan
menendang bola plastik ke gawang bambu
dari
selasar itu tak lagi dapat kulihat
sayup nun jauh laut jawa yg biru lamat
dengan kapal-kapal yang serasa tak bergerak
seperti lukisan yang abadi di benak
meski tak lagi tampak
di
selasar itu aku terpaku sendiri
memandang awan menggantung menghalau mentari
yang tampak hanya gedung-gedung tegak berdiri
barisan jambu mete dan jalan berkelok itu tinggal memori
begitulah
kehidupan
tak ada yang abadi
tapi puzle-puzle kenangan
menjadi penanda
bahwa kita pernah bersama
gedung lab Kimia Anorganik, 21 Maret 2016
HURUF-HURUF
Kuwakilkan
pada rangkaian huruf
segenap rasa dan rindu yang bergayut
saat ruang dan waktu tak bisa merajut
bertautnya dua hati
Pada
huruf yang berjajar
tak ada lagi ungkapan hati yang tersamar
semua secerlang bintang di langit
meski mendung kadang membuatnya berkelit
Jangan
lagi ragukan itu
terus melaju bersama tarian waktu
usah menduga di manakah kan bertemu dermaga
di mana sepasang hati kan bersandar dan berlabuh
karena
hidup adalah langkah
berlalu setapak demi setapak
menuju satu titik
tersenyumlah agar langkah selalu terasa indah
seindah huruf-huruf
yang selalu mengeja cinta
Semarang, 24 Maret 2016
HURUF-HURUF
Kuwakilkan
pada rangkaian huruf
segenap rasa dan rindu yang bergayut
saat ruang dan waktu tak bisa merajut
dua hati yang bertaut
Pada
huruf yang berjajar
tak ada lagi ungkapan hati yang tersamar
semua secerlang bintang di langit
meski mendung kadang membuatnya berkelit
Jangan
lagi ragukan itu
terus melaju bersama tarian waktu
usah menduga di manakah kan bertemu dermaga
di mana sepasang hati kan bersandar dan berlabuh
karena
hidup adalah langkah
berlalu setapak demi setapak
menuju satu titik
tersenyumlah agar langkah selalu terasa indah
seindah huruf-huruf
yang selalu mengeja cinta
Semarang, 24 Maret 2016
GERIMIS
DINI HARI
Dini
hari gerimis turun
rintiknya serupa melodi mengalun
lantunkan rindu dalam doa-doa
mengeja namamu meski masih terbata-bata
Rintik
gerimis gemulai menari
mengalunkan doa harapan suci
bersenyawa dengan nafas malam yang beranjak perlahan
meninggalkan jejak temaram menuju peraduan
gerimis
luruh di ujung malam
tak lupa senandungkan langgam
tentang kehidupan yang penuh warna
berpendaran di setiap saatnya
mewakili segenap peristiwa
andai
gerimis itu serupa tangis
jangan biarkan hati ikut teriris
nikmati saja irama jatuhnya
kau kan tahu betapa indah senandungnya
Semarang, dini hari, 25 Maret 2016
SEPASANG
BURUNG
Pagi
ini sepasang burung berloncatan
berkicau riuh di atas atap bangunan yang belum utuh
saat anginpun masih malas berliuk
hingga kicaunya memecah heningnya pagi
Entahlah
apakah telingaku yang salah
mendengar kicau sepasang burung serasa lolongan kerinduan
pada dahan-dahan pohon yang rimbun
tempat bertahun bertengger dan membangun sarang
bukan panas terik mentari yang membakar hari
dan tak selembar daunpun mampu meneduhi
Sepasang
burung masih riuh bernyanyi
entah rasa syukur atau jeritan hati
ingatanku membayang kembali
pada pepohonan dan bukit yang kini tak tampak lagi
Meteseh, 29 Maret 2016
PUISIKU
MENGHILANG
Malam
itu dering telepon mengabarkan
petaka yang merenggut semua kebahagiaan
menjadi mimpi kelam yang entah di mana berujung
dan satu persatu bait puisiku menghilang
Kesedihan
itu seperti ruang hampa
sepi senyap namun menyesakkan dada
betapa sulit memandang
tatap tak berdaya penuh kepasrahan
betapa sulit memandang pijar semangat yang kian meredup
Seekor
kupu-kupu terbang melintas di halaman
seperti tengah mengumpulkan
keping-keping puisi yang berguguran
bilakah menyatu
kembali mengisi ruang-ruang rindu
Sragen, 12 April 2016
GERIMIS
DI AKHIR APRIL
Aku
dengar rintik gerimis mengetuk genting
saat malam semakin tua
menanggalkan april yang hampir berakhir
Gerimis
di akhir April
seperti denting dawai yang menyihir
melantunkan senandung perih sepanjang bulan
penuh liku kelok tak berkesudahan
namun
bunyi rintik-rintiknya seolah tengara
menutup catatan lara
Bunyi
gerimis semakin perlahan
seolah menahan resah agar kian tenggelam
bersama malam yang semakin larut
mengeja aneka cerita yang belum sempat terwujud
Sebersit
angin menyelip di sela jendela
seakan ikut menyela
jangan larut dalam duka
biarkan berlalu bersama lambaian april mengucap salam
akan ada mei yang menggantikan
dengan secercah mentari yang penuh harapan
Semarang, 30 April 2016
HUJAN
MASIH MENDERAS
Rintik
hujan masih menderas
meretas siang yang panas
debu-debu terlepas
luruh dan terhempas
Ke
mana musim bersembunyi
jika angin masih setia menemani
daun-daun rimbun bersemi
burung-burung merdu bernyanyi
Sungguh
hidup seindah pelangi
jika hati seluas samudra
pedih perih itu biasa
pun luka dan air mata
Hujan
menderas di siang ini
laksana nuansa-nuansa melodi
selalu ada tawa di balik air mata
pun bahagia setelah terasa lara
Semarang, 12 Mei 2016
MEMANDANG
SENYUMMU
Aku
selalu ingin tersenyum tiap kali teringat senyummu
terasa seperti nyala lilin di kegelapan
menerangi dan menentramkan
Aku
selalu merasakan degup jantung lebih kencang
setiap mengingat binar ceria di matamu
serasa gelombang yang tak henti
menjemput pantai impian
Dalam
perjalanan yang panjang
menempuh liku dan derasnya hujan
senyummu adalah semangat yang tak padam
serasa genggam jemari yang selalu menyemangati
menyalakan lilin-lilin hati agar tak mati
Memandang
senyummu akan membuatku selalu tersenyum
dan kau selalu ada
meski dalam hatiku saja
Semarang, 28 Mei 2016
RASA
INI
Rasa
haru perlahan merambat di dada
hangat di mata itu menitik butiran bening
bukan
bukan kesedihan
hanya rasa haru
di sini di malam menapak ramadan
cintamu tetap kurasa
Berapa
tahunkah waktu telah mengelana
membawamu dalam pengembaraannya
namun selalu pulang ke hatiku
karena
selalu ada tempat terindah di sana
untuk selalu menyambut kehadiranmu
angin
sepoi di awal kemarau
seperti bisikan yang tak pernah parau
jika itu tentang cerita sebuah hati
sepanjang musim tak lelah menanti
Semarang, 5 Juni 2016
HUJAN
RINTIK
Kau
dengarkah rintik hujan mengetuk malam
tidakkah iramanya bernuansa rindu
seperti ribuan rasa yang pernah tersemat dalam alunan waktu yang pekat
Kau
dengarkah dentingnya bak senandung bidari
menyibak sepi di malam sendiri
melesap jauh ke dasar hati
entah seberapa perih kenangan yang terpatri
Rintik-rintiknya
masih mengalun perlahan
melagukan kenangan tak pernah lekang
maka jangan lagi kau tanyakan
kenapa hujan begitu kurindukan
Semarang, 27 Juni 2016
0 comments:
Post a Comment