MENGINGATMU*)
Mengingatmu
adalah embun di ujung daun
bening sejukkan kalbu
meski menghilang saat mentari menjelang
esok kan
bertahta lagi
mengingatmu
adalah gugusan awan
berarak
yang menyejuk saat meluruhkan hujan
esok, saat berkolaborasi dengan mentari
mengawan dan mengambang kembali
mengingatmu
adalah dawai gitar
dalam petikan harmoni yang serasi
alunkan simfoni menghanyutkan hati
dalam teduh dan sunyi
mengingatmu
adalah gembok dan anak kunci
dan kurelakan
hatiku terpenjara
selamanya
di sini
*)pernah dimuat di buku Cinta Magenta
(2015)
Semarang, 11 November 2014
REMBULAN
KESEPIAN
Rembulan
tampak kesepian di antara cerahnya langit yang membiru sendu
bintang-bintang menjauh melagukan tembang sunyi
cantik gemerlap kemegahannya jadi tak bermakna
ketika tak ada lagi yang mengingatnya
Berkali
aku bertanya
tidakkah rembulan tetap elok bertahta di singgasana malam
senyumnya tetap lembut meneduhkan hati yang kesepian
kenapa harus dilupakan
aku
ingin kembali di sini
menemani rembulan yang tampak kesepian
tapi isyaratmu menyiratkan pesan
tak perlu
kau lelahkan dirimu
karena kesepian kadang adalah keindahan yang tertawan
Semarang, 2 November 2014
PADANG
BULAN
Seperti
membuka lembaran waktu
dalam kenangan biru
saat segalanya indah, mudah dan renyah
menggelar
tikar di pelataran
simbah bercerita tentang timun emas dan buto
ijo
gelak tawa kanak-kanak main gobak
sodor dan jethungan
sementara yang lebih kecil nembang jamuran
dunia
serasa begitu indah
di bawah benderang bulan di desa tanpa listrik
kini hanya kenangan yg mengharu biru
Simbah
telah lama berpulang
kampungkupun menjadi belantara
menunggu pembangunan tol tiba
Ahh...
Semarang, 03 November 2014
SENANDUNG
UNTUKMU
Tak
perlu cemburu pada sepasang kupu-kupu yang berterbangan menari mengisap madu
pun pada sepasang burung yang tengah membangun sarang penuh kasih sayang
jenguklah hatimu pasti ada aku yang selalu merindu
tak
usah menangisi daun-daun kuning berguguran yang terhempas angin melayang jauh
terbawa aliran sungai
lihatlah tunas-tunas muda akan tumbuh menggantikannya
biarlah takdir membawa semua pahit getir manis asamnya hidup seperti adanya
karena benang-benang cinta yang terenda akan menjadi titian penguatnya
Biarkan
mendung menghalau mentari hingga bersimbah hujan
karna dalam cinta akan selalu bercahaya
jika kau bisa memaknainya
jika kau mampu mensyukurinya
:
percayalah jika itu benar-benar cinta
Semarang, 05 November 2014
TENTANG
RINDU
Luapan
rasa itu seperti aliran darah yang meruah kel seluruh raga
meresap dalam dahaga jiwa
meluruh dalam hembus napas
dan menelusup lagi bersama hawa terhirup
kenapa
membiarkan rasa itu bersemayan di kalbu hingga menghantui sepanjang hidupmu
karena luka-luka tikamnya membangkitkan bara untuk selalu berlaga
kenapa
tak kau semai rasa itu pada padang subur yang akan menumbuhkannya serupa rumput
hijau di musim hujan
kenapa kau pilih padang gersang yang menelan seluruh tetes hujan yang kau
curahkan hingga rindumu kuyu tak berseri
kau
tergugu di pelataran biru
tetap setia memeluk rindu
bukan pada hati yang menunggumu
tapi pada bayangan yang kau harap menjelma menjadi nyata
:
setialah pada rindumu jika luka itu tak berarti bagimu
Semarang, 06 Nopember 2014
HUJAN
DI WAKTU MALAM
Entah
kapan suara hujan yang gemericik menimpa genting terasa merdu di kuping
entah sejak kapan irama rintiknya serasa melodi yang membelai jiwa
hujan di waktu malam
bak nyanyian yang sendu menawan
jauh
di masa dulu
dalam kesendirian yang beku
hujan di waktu malam adalah pisau kesunyian
mengkoyak kehangatan impian
merejam pedih menyayat letih
entah
sejak kapan hujan begitu indah
apakah saat buah hatiku berlarian bercanda dalam derasnya?
apakah saat tak ada lagi sepi menghimpit hati saat ricik meriuh di malam hari?
tak
penting lagi
kini hujan di malam hari
adalah keindahan tak terperi
dalam syukur tak bertepi
Semarang, 07 November 2014
PAGI
BERKABUT
Ada
yang lain di pagi ini
matahari malu-malu sembunyi
bebukitan menggigil dalam kabut
dedaunan membasah
sisa hujan semalam
tapi
burung tetap riuh bernyanyi
ayam jantan berkokok di kejauhan
sungguh pagi tetap setia
menjalani roda takdirnya
hilang
sudah gersang meradang
berhari berminggu berbulan
luruh karena hujan semalam
itulah hidup
penuh keajaiban-keajaiban
tidakkah
hati tunduk
penuh syukur berpeluk
jangan biarkan hati menyangsi
sungguh hidup begitu berarti
pagi
yang mengkabut
tetaplah indah merajut
mimpi-mimpi yang belum terwujud
selalu ada waktu untuk berlanjut
Semarang, 08 November 2014
SUATU
PAGI
Senyum
merekah di pagi yang cerah
tatap sebening embun menghias netra yang ramah
sungguh waktu serasa membeku
ingin saat itu tak pernah berlalu
merenda
mimpi dalam rangkum jemari
melukis angan dalam genggaman
melebur janji sekokoh prasasti
bersama meniti waktu hingga ujung usia
di
pagi ini
senyum manismu masih bernyanyi
dalam kebeningan hati
meski rambut tak hitam lagi
getar di hati tak pernah mati
biarlah
pagi segera berlalu
tapi langit tetap biru
seperti hatiku dan hatimu
terpaut dalam titian waktu
hingga sang pemilik waktu menjemputku
Semarang, 09 November 2014
SAAT
PAGI
Saat
pagi menyapa
ruang rindu kembali tertata
memberi waktu untuk menjelma nyata
wujudkan mimpi dalam realita
Saat
pagi menjelma
tinggalkan sepucuk malam
penuh mimpi keindahan
atau tangis pilu menyedihkan
tapi pagi menjanjikan
asa baru tertanam
Aku
selalu mencintai pagi
bersama hangatnya sinar mentari
terus tak henti mencari jati diri
belajar memaknai hidup meski tak mudah
belajar mensyukuri takdir meski kadang tak indah
pagi
dalam napasku
rasa syukur membuncah
Semarang, 13 November 2014
SORE
TADI
Sore
tadi gerimis sempat menghampiri
membawa berbagai bingkis kenangan melintas di hati
serasa tangis masih sempat menyesak di dada
sekejap sirna dalam senda tawa
Jika
hati seluas samudra
tak mengapa beribu luka pernah mendera
bukankah riak gelombangnya segera menerpa
hingga buih jernihnya tetap membahana
Tak
mengapa hujan hanya selintas menjelang senja
karena malam akan merengkuh dengan hangatnya
biar saja luka pernah menganga
karena perihnya menguatkan jiwa
Jika
esok embun masih setia sejukkan hati
haruskah menangisi mimpi yang pernah terlewati
Semarang, 18 November 2014
MASIH
SAJA*)
Entah
berapa windu berlagu
sejak jejakmu beranjak tinggalkanku
membawa seluruh hati dan keping-keping mimpiku
masih saja tereja sempurna namamu
Entah
berapa senja telah terlewati
di saat tatap kelumu memilih pergi
membawa perih dan luka hati
masih saja terasa hunjamnya kini
Entah
berapa musim mengembara
saat tak kuasa langkahmu merengkuh cinta
membawa lara dengan segenap jiwa
masih saja tercekat saat dalam kenang senyummu menyapa
Meski
tahun windu berlalu
kutahu jalinan rindu tetap berlagu
menafaskan semangat tak pernah layu
anugerah terindah bagimu dan bagiku
*)pernah dimuat dalam buku Cinta
Magenta (2015)
Semarang, 20 Nopember 2014
RINAI
HUJAN
Saat
denting riuhnya berirama
berkelebat lembar kenangan mengembara
telusuri relung-relung hati
membisikkan nyeri menelusup dalam setiap pori
Rintik-rintik
masih berdenting selepas senja
sewarna nada kenangan yang tak pernah sirna
serasa menikam melesak dalam ruang paling sunyi
himpitkan hati pada kepepatan tak terperi
Lihatlah
tetesan airnya masih bernyanyi
iringi senjamu yang merangkak pergi
biarkan kenangan terus terpatri
barangkali lukanya akan menjadi saksi
:
jalinan cinta pernah bersemi
Semarang, 20 November 2014
KAUKAH
ITU*)
Kaukah
itu yang membangkitkan kenang saat hujan menjelang
mengulum senyum pada mata sesejuk embun
membias tawa pada malam penuh canda
Kaukah
itu yang menarikan tinta pada diary lama
mewarnai senja dengan senyum lara
tak mampu memegang cita saat ego melanda
mendekap luka dalam retasan masa
Kaukah
itu yang berlagu di setiap malam minggu
mengibaskan rintik hujan yang membasah di rambutmu
berurai senyum di depan pintu
pada sekian windu yang lalu
*)pernah dimuat dalam buku Cinta
Magenta(2015)
Semarang, 22 November 2014
BAYANG
DALAM HUJAN
Sebuah
bayang melintas saat hujan menderas
ciptakan nuansa rindu pada malam berlagu
kusematkan alunan doa dalam nafasku
untukmu kebahagiaan kupinta selalu
jauh
melintas dalam deras hujan yang kian meremas
saat mimpi-mimpi kandas tak berbekas
tinggal serpihan luka yang lara merana
terbalut sepi melintasi hari
Namun
hari terus berganti
hingga luka lara tak kan terasa pedihnya lagi
tempias hujan masih memerciki
sunyi senyap sahabatkan hati
yang tinggal tetaplah cinta di hati
:
kenangan tak pernah mati
tapi pedih peri tak terasa lagi
Semarang, 22 November 2014
ANGIN
DESEMBER
Angin
desember datang mengetuk hatimu
bukan lagi semilir mendayu membelai kalbu
menderu menderak berkawan gelegar petir dan derasnya hujan menggebu
seolah ingatkan janjimu
bangunlah
dari mimpi panjangmu
biarkan luka luruh bersama waktu
biarkan pedih berdalih pergi menyisih
lupakan lagu sendu yang sedih dan pilu
angin
desember bukan sahabat yang ramah membelai sukma
membuatmu terlena dalam angan di angkasa
dia datang mengingatkan kita
betapa cepat waktu berkelana
sudahkan kita tunaikan janji setia
Semarang, 1 Desember 2014
HUJAN
DAN SENJA
Hujan
di senja ini
rintiknya menggurat memori
bingkai demi bingkai terlepas
hingga segalanya tergambar jelas
bulir
air menetes di dedaunan
serupa kenangan yang mengayun perlahan
terbias senyum penuh kehangatan
saat gigil serasa tak tertahan
gemericiknya
masih berirama
senada luka yang pernah tercipta
meradang dalam perjalanan waktu yang panjang
menjelma kenang yang tak lekang
di
sini aku masih berdiri
menyimak hujan di senja hari
mengurai setiap luka dan derita yang pernah terjadi
menata kembali seindah melodi
menyulam keindahan dari kepahitan yang terpatri
:
karena hidup pantas disyukuri
Semarang, 2 Desember 2014
SIGAR
BENCAH DI SUATU PAGI
Sigar
bencah pagi ini
masih berselimut kabut
tak peduli riuh cicit derit
roda-roda bergesek aspal
sejuk damai tak terperi
mentari
malu-malu mengintip di balik kabut
taktercium mistis legendamu yang membuat giris
berkawan sisa hujan semalam
hanya keindahan dan kedamaian terpampang
aku
selalu takjub dengan auramu
seramai apapun doa tak boleh terlupa
karena turunan panjangmu membuat lena
di sela hutan jati menyejukkan hati
nun
jauh rumah-rumah mungil terpambang asri
juga bukit-bukit gundul beraneka bentuk sisa dikeruk
bukit-bukit yang suatu saat tinggal cerita
atau tandas takbersisa
tiap
pagi kulalui
berpacu waktu berderap mesin menderu
beruntunglah hutan lebatmu
mampu menyaring asap knalpot beracun karbon monoksid...hidrokarbon..
hingga sejukmu tetap menghias pagi
Semarang, 3 Desember 2014
SUATU
PAGI DI BULAN DESEMBER
Jalanan
masih membasah
dedaunan masih kuyub
sisa hujan yang tumpah semalam
tapi
lihatlah sang raja bertahta dengan megahnya
sinarnya silau keemasan meningkah dedaunan
hangatnya serasa menyusup ke setiap pori
bangkitkan riuh rindu yang kemarin boleh jadi kelabu
lihatlah
langit membiru sendu merayu
sedang mega-mega berarak melukis panorama
bahkan nun di jauh sana
gunung ungaran gagah membiru menyiluet cakrawala
meski ini bulan desember
adakah
yang lebih indah dari birunya langit desember
meski kau tetap harus membawa payung dan jas hujan
boleh jadi sekejap kan menghilang
:
air hujan kembali berguguran
Semarang, 5 Desember 2014
CELOTEH
PAGI
Kucatatkan
setiap luka yang kau rejam pada lipatan waktu
bukan untuk menyemai dendam di hati
tapi ingatkan diri bahwa hidup tak selalu seindah pelangi
tidak
setiap kata punya makna
seindah apapun tembang pernah kau lantunkan
bahkan janji suci pada Sang pemberi
tak ada arti ketika kau tak berusaha tepati
hidup
terus berjalan
sepahit seperih apapun beban
aku ingin terus berjalan
biarkan hari-hari kelam berlalu
aku masih ingin dendangkan lagu syahdu
:
meski hanya impian semu
Semarang, 6 Desember 2014
SIAPAKAH
Siapakah
yang selarut ini mengetuk hati
hingga segenap sisinya terasa begitu sunyi
serasa ruang hampa yang menyesakkan dada
dan perlahan terlantun balada sendu merana
hingga
mengalir lembut segenap bisikmu mengisi sekat-sekat rindu
dari alam entah berwarna biru atau ungu
meresap menjalar ke setiap kisi kalbu
hingga tak kuasa membendung haru
kesunyian
malam adalah symphoni terindah
saat hati mampu bercengkerama
tanpa sekat
tanpa tepi
:
hanya simpuh yang rapuh
Semarang, 8 Desember 2014
0 comments:
Post a Comment