Julia Hartini
(Bandung)
Yang Mengalir Seumpama Kenangan
kepada
goresan yang senantiasa mencipta aliran rindu
ampera
semakin memanjang
melukis
wewarna cahaya pada kenangan
lampion
kemerahan menjadi saksi kesibukan
dan
tawa kecil percakapan
rupa
air akan terus melaju
menemu
waktu bersama perahu-perahu di sepanjang malam
lalu
siang telah menjadi terik
bagi
perjuangan untuk sampai ke muara
masihkah
kau ingat
sajak
baru terlahir pada Musi yang basah
saat
air mata itu benar-benar habis dialirkan pada pipimu
dengan
janji yang masih kita tunggu
di
ujung penantian
ruang
semesta, Maret 2016
Julia
Hartini lahir di Bandung 19 Juli 1992. Alumnus Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI). Pernah
berkegiatan di Arena Studi Apresiasi Sastra UPI dan Unit Pers Mahasiswa
ISOLAPOS UPI. Tulisannya mendarat di buruan.co, isolapos.com, Harian Umum Sastra Mata Banua, Galamedia,
Koran Madura, Banjarmasin Post, Republika, Inilah Koran, Pikiran Rakyat, Metro
Riau, dan Radar Banten.
Selain itu,
tulisan-tulisannya tergabung dalam beberapa antologi bersama. Terpilih sebagai
peserta Workshop Cerpen Kompas 2015. Penulis bisa dihubungi melalui alamat
surel di juliachan79@gmail.com. Saat waktu senggang
mengelola laman di www.akujulia.tumblr.com
Dukaku pada Sungai
sampah-sampah menggenang
bau busuk menyengat di pernapasan
air mengalir sesak berwarna hitam
adalah dukaku pada sungai
anak-anak tak lagi bisa berenang
ikan-ikan hilang entah di mana
petani-petani mengairi sawah dengan keringat
dan air matanya sendiri
adalah dukaku pada sungai
dukaku pada sungai
mendengar gemuruh mesin yang mengirim bermacam limbah
yang menyayat-nyayat dan mengelamkan jiwa
dukaku pada sungai
merenungi tanah tinggal bebatuan, mensiluet di pelupuk mata
dukaku pada sungai
rinduku pada beningnya air.
Kudus, Akhir April 2013.
Jumari HS, Penyair
Otodidak, lahir di Kudus, 24 November 1965. Karya puisi dan cerpen banyak
bertebaran di berbagai media massa Indonesia dan juga berpuluh puisi dan
cerpennya juga menghiasi di berbagai antologi bersama. Penyair ini sering
diundang dan aktif terlibat dalam forum sastra nasional maupun internasional
seperti Forum Sastrawan Nusantara Asean di Brunei, dan forum sastra di
Palembang, Aceh, Tanjung Pinang, Jambi,
Jakarta, Yogyakarata, Solo dan lainnya.
Belum lama ini 15 puisi heroiknya diminta Einstein akan
didokumentasikan di perpustakaan Perancis, dan tanggal 1—3 Juni 2012 yang lalu
diundang baca dan bedah puisinya di Universitas Hankuk Seoul, Korea Selatan.
Mendapatkan Sastra Award ke-2 di Bekasi.
Penyair ini sekarang menajadi Kepala Biro Jawa Tengah
Wartawan Majalah Serapo Balikpapan.
Aktivitas berkesenian sekarang menjadi Ketua Teater Djarum ini sehari-harinya
sebagai Supervisor bagian produksi rokok P.T. Djarum Kudus. Buku puisi
tunggalnya yang telah terbit berjudul Tembang
Tembakau dan sekarang ini sedang menyiapkan novel terbarunya berjudul
Semut-Semut Menembangkan
Gelombang. Penyair ini bisa dihubungi di nomor 085225147311.
Tepat di Lantai Atas Lawu
Awan dengan setia menjaganya
Sinkronasi batang hijau memedarkan keangukuhan insani
Samar dan semu, sang sungai tertelan dalam lambung raksasa ini
Terbingkai dengan nisan bumi
Begitu mahligai alam ini
Ada yang telah berubah untuk dulu dan saat ini
Namun benda itu masih tetap agung
Perlahan dan pasti, awan membuka tirai sang Lawu
Tersimpan banyak cerita di balik benda agung itu
Masyarakat, budaya, hingga alamnya
Episode kali ini seperti terskenario tanpa cut
Lembayung putih bersiap di hadapannya
Kelabu langit menyambut sang surya ke peraduannya
Kuucapkan selamat sore dari atas batu ini....
Purwodadi,
20 Desember 2013
Kifti Halimah Islami biasa
dipanggil Kifti. Lahir di Kudus 9 Maret 1992. Seorang perempuan aneh. Memiliki
hobi membaca, traveling, wisata
kuliner, dan melakukan hal baru.
Mengagumi seni dan mencintai kedamaian. Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris,
Universitas Muria Kudus. Alamat: Lau Rt 05 Rw 01, Dawe Kudus. Twitter: @kifti_h_islami
Fb: Kifti Halimah Islami. Pos-El: kiftihalimahislami@gmail.com
Kurliyadi (Bekasi)
Nahrun
sebagai hamba aku ingin sepertimu
mengalir arah hidupnya
dari tubuh gunung ke bawah kaki
bukit-bukit sebagai kepulangan
ada batu-batu berlumut bercakap dengan
ikan-ikan
saling bertanya keadaan masing-masing
walau lahir dari rahim yang berbeda
di tapal batas kampung itu
anak-anak bergantian mencuci ternak
berdiri di atas batu melompat
bersamaan ke dalam air
renyah tawa juga berlomba mencari
keutuhan
inilah bayang hari di mana
sungai-sungai masih utuh dengan doamu
perempuan-perempuan membawa keranjang
berisi pakaian
beriringan memikul beban hidup adalah
milik bersama
kaki-kaki tanpa alas dan rambut yang
terurai panjang
di ujung sungai para lelaki menggoda
dengan matanya
tidak dengan puisi atau sepucuk bunga
cukup berkenalan dan jatuh cintalah
hati yang sama rasa
sungai ini adalah tempat mengusir
lelah untuk semua
air terjun yang selalu rukun dan
beriringan jatuhnya
mengampas di dinding-dinding batu tua
itu
belukar yang rimbun oleh daun-daun
musim semi
meski hujan tak bertandang setahun
tetaplah alirmu harapan baru
di sinilah segala hidup didiam alirkan
menuju restu semesta
restu cinta dan jujur pada hakikat
panjang doamu
2015
Kurliyadi lahir di Kepulauan Giligenting, Sumenep, Madura. Ia salah seorang
alumnus Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar, Pangarangan, Sumenep. Menulis karya
sastra berupa puisi, cerpen, novel, roman, pantun, esai, dan lain-lain dalam
dua bahasa (Indonesia dan Madura)
Beberapa karyanya juga
pernah dipublikasikan di media massa seperti Kuntum, Radar Madura (Jawa pos), Waspada, Buletin Jejak, Banjarmasin
Post, Radar Bekasi, Sastra Mata Banua, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka,
Harian Cakrawala Makassar, Jogja Review, Post Bali, Majalah Infitah, Radar
Surabaya, Rima News, Malang post, Analisa
Medan, Padang Express, Minggu Pagi,
Buletin Santre Pangarangan, Koran Madura, Harian Fajar Sumatera, DinamikaNews, Persada Sastra, Harian Fajar Makassar, Buletin Kanal juga aktif di Forum Sastra Bekasi (FSB).
Antologi bersamanya
terkumpul dalam antologi Puisi untuk
Padang (2011) Nyanyian Langit
(Ababil, 2006 ), Nemor Kara (Balai
Bahasa Surabaya, 2006 ), Ayat Ayat
Ramadhan ( Kisah Inspiratif Ramadhan, AG. Publishing, 2012), Selayang Pesan Penghambaan (Pustaka
Nusantara 2012), Dialog Taneyan Lanjhang
(Majelis Sastra Madura, 2012), Mengabadikan
Keajaiban Dekapan Hangat Kasih Sayang Ibu (JPIN 2012), Indonesia dalam Titik 13 ( Lintas Penyair Indonesia, 2013), Jejak Sajak di Mahakam (art lanjong
foundation, 2013), Kepada Bekasi
(Forum Sastra Bekasi, 2014 ), Solo dalam
Puisi (Festival Sastra Solo, 2014), Tifa
Nusantara (TKSN 2014), Goresan-Goresan
Indah Makna Kasih Ayah Bunda (2014), Senarai
Diksi (Pena House, 2014) Lumbung Puisi
Sastrawan Indonesia (Jilid II, 2014), Jalan
Cahaya Jilid II (KSI, 2014), Jaket
Kuning Sukirnanto (KSI 2014), Sang
Peneroka (Gambang Yogyakarta, 2014), Lentera
Sastra II (antologi puisi lima negara 2014), Merangkai Damai ( APPN, Nittramaya 2015), Dalam Remang Kumengejar Mimpi (KOMCIBA, Pena House 2015), Saksi Bekasi (Forum Sastra Bekasi 2015),
Sajak Puncak (Forum Sastra Bekasi,
2015), Nun (INDO POS, 2015), Dari NegriPoci 6 (Radja Ketjil, 2015), Memandang Bekasi (KSSB 2015), dan Ketam Ladam Rumah Ingatan (Lembaga Seni
dan Sastra Reboeng, 2016).
Sekarang berdomisili di
Jalan Pemuda Raya RT 3 RW 5 No. 77, Kelurahan Kranji, Bekasi Barat. No.Ponsel
087780260722 dan 082210416774. Pos-El: kurliadi.nf@gmail.com
La Danika Deka
Bagus Pinilih (Bekasi)
Sungai
Hitam
Dari dapur pemilik cluster
Westafel
membersihkan tangan tuan nyonya rumahan
Dari simpelnya mereka berkehidupan
Air ledeng hanyut ke selokan-selokan
kecil
Dari dapur restoran besar
Bau lezatnya cucian bahan-bahan
kuliner
Sabun pembilas kotor-kotoran makanan
Menempel erat sejauh air cucian
menghanyut
Dari dapur pabrikasi raksasa
Limbah olahan produk menguarkan bau
tak sedap
Menghitamkan saluran-saluran sungai
Mendekatkan kematian dengan segera
Dari ibukotalah deras pembuangan
Sisa-sisa konsumerisme terabaikan
Dari ibukotalah aroma sungai hitam
Mengancam setiap nyawa tanpa henti
Jawa
Barat, 15 Maret 2016
La Danika Deka Bagus Pinilih. Sedang
studi kesusatraan Indonesia, belajar penuh di Forum Sastra Bekasi. Menulis
kapan pun dan untuk banyak keperluan publikasi.
Lady Denaya
(Bekasi)
Seperjalanan Searus
semusim yang lalu mempertemukan gairah
yang tersekap
di lumbung basah, aku ikuti jalannya
menemui ruas yang bernama perjumpaan
kalau kita ditakdirkan sebagai air,
kita tak kuasa menahan dorongan arus bersama angin yang kian kencang
memang begitulah cara alam
menyampaikan daun-daun kering ke pembuangan terakhir: laut lepas
selepas kita menatap pekat rentina
pandang, kita menemukan arah yang sama, ke asal kita tercipta dari sebuah
sungai surga wadah para bidadari memandikan diri mereka dan kita suci. tibalah
kelahiran memecah kecemasan di ruang tunggu, kita melihat derasnya darah segar
ibu menyambung napas segar yang kita hirup
di sebelah sisi yang kita namakan
cinta, sungai jernih itu. kita berenang sepenuh air sejuk mengulang peristiwa
perkenalan kita yang teranggap sakral. seperti Sungai Nil yang menyelamatkan
Musa dari kematian secepat mungkin. atau seperti Sungai Gangga milik kesucian
cerita heroik asmara itu digelorakan
seperjalanan searus kita, kita temukan
sungai kemurnian itu dalam benak nyata dan jauh dari ketermungkinan ilusi.
seperjalanan searus kita, kalau pun sungai tempat kematian kita memang
pantaslah sebab awal kehidupan kita adalah sungai surga yang mengalir
bersamanya suci zat yang kekal.
Duren Jaya, 15 Maret 2016
Lady Denaya tumbuh
kembang di Bekasi. Suka menulis puisi, cerpen, dan esai. Berproses kreatif di
sejumlah media lokal, menulis di Lumbung Sajak Forum Sastra Bekasi. Tinggal di
Jalan Rajawali IX, Blok Aj 13 No. 1, Perum Vila Gading Harapan Pintu Timur,
Babelan Kota, Bekasi Utara.
Mahda Emjie (Tanah
Bumbu)
Ular Raksasa Bertubuh Cokelat
Meliuk, menyantuni bebatuan cadas
tiada jemu
Melingkar di sisi gunung yang
menjulang dan tandus
Membubuhkan warna cokelat pada cairan
jernih tak jemu
Juga mengapungkan hiasan pengrusak
dalam aliran penghidupan
Anak-anak sungai ragu menyatukan tubuh
Ikan termangu, seraya mengeluh terlalu
sesak menghela napas
Kodok pun enggan menitip telur, sebab
tiada tempat yang teduh
Oi! Jangan jadikan ular raksasa hijau
menjelma pemangsa
Sungaiku bukan momok dikala hujan
mencurahkan kasih
Menyambut titipan aroma rindu
pepohonan
Sungaiku bukan pula penebar musibah
Namun sumbatan pada jalanlah,
yang memaksanya masuk kampung
Menghayutkan sebagian mimpi-mimpi
tertentu
Landas bersama kesadaran
Satui,
2016
Mahda Emjie
lahir dengan nama Mahdalena tepatnya pada tanggal 3 Januari 1987 di
Ilung, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan. Ia dibesarkan disana.
Karyanya di muat antara lain di antologi puisi Merangkai Damai, antologi puisi Aruh
Sastra Kalimantan Selatan XI Membuka
Cakrawala Menenyentuh Fitrah Manusia, antologi puisi tadarus puisi
Banjarbaru 2015 Ada Malam Beratabur
Bintang, antologi puisi penyair Tanah Bumbu Elegi Rindu Senja di Rumah-Rumah Bagang, antologi puisi Bunga Putra Bangsa, antologi puisi Ayah di Bahumu Aku Bersandar, antologi
puisi Aruh Sastra Kalsel ke XII Kalimantan
Tidak Akan Menyerah, antologi puisi Ibu
dalam Balutan Rindu jilid II, antologi puisi Laut jilid ll, antologi puisi Ayo
Goyang.
Kini, Mahdalena berdomisili di Jalan Provinsi Km 172
Desa Satui Barat, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan,
Kode Pos 72275. Pin BBM 55462B61, No. Ponsel 082255795904, Pos-El:
mahdalena345@yahoo.co.id
Mahfuzh Amin (Tanjung)
Wajah Sungai
Dulu,
dia adalah kebanggaanmu
Arusnya,
riaknya,
selalu
membuatmu tertawa
Dan kau selalu berkata
bahwa di hulunya terdapat sebuah pintu
Tuhan
Pintu tempat Dia mengalirkan
keberkahan untuk kauraup
Lantas,
ketika wajahnya mengeruh
kau pun mulai memakinya
lalu saat perutnya membuncit
Kau menyebutnya malapetaka
Lupakah
kau pernah membasuh tanganmu saat kotor di alirannya
setiap
hari, setiap waktu,
Lihatlah,
wajah sungai yang keruh itu
adalah
wajahmu sendiri
yang
terlukis dari kekotoran jiwamu
Tabalong, 150302016
Mahfuzh Amin, kelahiran Ujung Murung (HSU), 1 Mei 1990.
Beberapa cerpennya pernah dimuat di harian lokal di Kalimantan Selatan.
Karyanya juga pernah tergabung dalam beberapa buku antologi, baik cerpen maupun
puisi.
Buku tunggalnya yang telah terbit adalah Insiden April-Mei (Novelet) dan Superstar Udin (Novel). Pernah meraih
juara 3 pada lomba menulis cerpen yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah
Banjarbaru tahun 2015 dan Juara 3 lomba menulis cerpen yang diselenggarakan
oleh Dewan Kesenian Kota Banjarbaru pada tahun yang sama. Sekarang tinggal di
Jalan Tepian Baru RT 9, Desa Kapar, Kec. Murung Pudak, Kab. Tabalong. Prov.
Kalimantan Selatan, 71571.
M. Johansyah (Tanah Bumbu)
Garis Batas Bukan Tak Berbatas
mendung
menggantung
di
Sungai Kusan aku termenung
rinduku
dibelah laju klotok
baling-baling
memotong mimpi kecil-kecil
bersisa
buih, enceng dan itik menari
berenang
ke sana kemari
larut
menepi
lalu
aku labuhkan jangkar
di
tengah warna hijau pekat merkuri
membaui,
menciumi
setelah
sungai dicemari
setengah
kehidupan terpolusi
ternyata
kematian menghadang
mati
… mati … kematian akan meregut harapan
wahai
yang telah hanyutkan kesombongan
ke
mana aku akan bawa mayat-mayat gelimpangan
di
dadaku penuh sesak tulang-belulang tercecer
meregang
pilu mencabik-cabik
kesedihan
yang berontak dan rasa apa lagi yang aku rasakan
wahai
aku rasakan sendi-sendiku terkuras oleh marah
engkau
kugilas dengan segenggam sumpah serapah
seakan
ingin kuayuntebaskan pada leher mereka, penguasa
dengan
lantang aku katakan:
hei,
dulu keruh sekarang engkau tebar racun
kehidupan
tidak untuk ditertawakan
kehidupan
untuk semua orang
kehidupan
hak bagi anak-anak
kehidupan
harus dihormati
jika
engkau rampas dari tangan-tangan kami
maka
enyahlah dari tanah bertuah ini
batas
bukan tak berbatas
batas
bukan sekehendak
batas
adalah garis-garis demarkasi
antara
kampung dan areal penguasa
seandai
engkau tidak pergi
jadi
apa nantinya kami
bernapas
pun akan mati
tertawa
pun akan lenyap
berbisik
pun akan tuli
maka
aku akan berteriak sekuat tenaga untuk katakan: berhenti!
Batulicin, 10/02/2016#11.28
M. Johansyah lahir 13 September 1963 di Murung Pudak (Tanjung,
Tabalong Kalimantan Selatan). Sekarang berdomisili di Batulicin, Kabupaten
Tanah Bumbu.
Aktif menekuni sastra, khususnya
puisi dan cerpen. Di antaranya telah dibukukan pada antologi bersama puisi dan
penyair Tanah Bumbu Tragedi Buah Manggis (2011);
Bentara Bagang (2012); Siluet Rumah Laut (2014); Alegi Rindu Senja di Rumah-Rumah Bagang (2015)
yang di terbitkan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata dan Dinas Perpustakaan &
Arsip Daerah Kabupaten Tanah Bumbu bersama KSI Tanah Bumbu, dan beberapa
antologi puisi bersama: ASKS X, Banjarbaru, Tadarus
Rembulan, ASKS XI, Tapin 2014 Membuka
Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia,
serta ASKS XII Martapura Menolak
untuk Menyerah. Filosofinya. “Hidup adalah seni; sedangkan seni itu harus
selalu hidup dalam diri “ Bisa dihubungi di Radio Nirwana Batulicin Jalan Raya
Batulicin No. 03 RT. 13 Kecamatan/Desa BatulicinKabupaten Tanah Bumbu (72171),
No. Ponsel: 0813 4947 6102, dan Pos-El: rgm_fm@ymail.com
Maria M Bhoernomo
(Kudus)
Sungai dan Hujan
Sungai-sungai dirajam kotoran
Sepanjang kemarau
Bau busuk menyengat
Banyak orang meludahinya
Sungai-sungai dirajam hujan
Hingga banjir bandang
Keluh-kesah di mana-mana
Banyak orang mengungsi
Sungai dan musim hujan
Seperti sepasang pengantin
Menarik perhatian
Menghabiskan anggaran.
Griya
Pena Kudus, 2015
Maria M Bhoernomo lahir di Kudus, 23 Oktober 1962. Banyak menulis puisi, prosa dan esai dalam bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia yang dipublikasikan di sejumlah media.
Maria Roeslie
(Banjarmasin)
Selalu Sungaiku
Riak-riak
kecil di sungaiku
Memantulkan
cahaya langit jiwa
Bergerak
tak seirama hati
Tak
tentu kedalaman gejolaknya
Berlayarlah
wahai kapal-kapal cinta
Melajulah
dengan iringan awan putih
Agar
jangkar kasihku mampu menemukan dan menghentikanmu
Riak-riak
kecil di sungaiku
Selalu
memantulkan cahaya jiwaku
Setiap
mentari mengintip di relungku
Feri Batulicin—Kotabaru, 03 Maret 2016
Maria Roeslie, pekerja bank yang terus belajar dalam dunia sastra ini
rutin menulis puisi, pantun dan cerita pendek dalam bahasa daerah Banjar yang
rutin diposting dalam akun facebook nya maria roeslie. Beberapa karya sastra
nya telah dibukukan antara lain, antologi PANTUN
BANJAR 1 & 2, antologi puisi LANGIT
TAK BERTEPI, antologi bersama bankers PAGI
DAN MENTARI, antologi bersama PUISI
MENOLAK KORUPSI , antologi bersama MEMO
UNTUK PRESIDEN 2b & 3, MEMO UNTUK
WAKIL RAKYAT, puisi buat GusDur DARI
DAM SENGON KE JEMBATAN PANEGEL, antologi puisi bersama DUKA GAZA DUKA KITA, antologi puisi bersama MERANGKAI DAMAI, dll.
Marlina (Tanah
Bumbu)
Sungai Kusan
Sungai
meradang
menimba
airnya yang tak pernah mengering
Iringan
buih, ratik, dan gerombolan enceng gondok
Mengalir
bersama perahu
ke
hulu, mengayuh hari esok
Aku
duduk di tepian
Seakan
sungai ini menawarkan kepedihan
ketika
hulu telah menjadi ladang
Oh,
sungaiku
Kau
masih tetap mata alirku
Tanah Bumbu, Pagatan, 12 Maret 2016
Marlina
lahir di Pagatan 7 April 1992. Suka menulis catatan harian dari kecil dan baru
mencoba mengenali karya sastra. Lulus SD di SDN 1 Satiung, kemudian melanjutkan
ke MTs Negeri 2 Kusan Hilir, MA Al-Kautsar Satiung, Kusan Hilir dan mendapatkan
gelar sarjana pendidikan dari STKIP PGRI Banjamasin. Pernah bekerja di SDN 1
Satiung, kemudian ke MAF Batulicin, dan sekarang bertugas sebagai staf
perpustakaan di SMP Negeri 1 Kusan Hilir. Tinggal di Jalan Tepian Sungai Kusan
RT 4 Desa Satiung, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Kalsel). Fb:
Rabiy’Qalbiy Almuhdar.
Matroni Musèrang
(Sumenep)
Seperti Sungai Bai
seperti desau Sungai Bai
kau melupakan retakan hari-hari
dan
batu-batu menjadi malam
kuberharap air sungai ini
membawa
orang-orang miskin hanyut
dengan kain-kain dan air mata
yang terterah ke peradaban sungai
malam ini
kuharap kerikil sungai
melumpuhkan keangkuhan
agar kulihat mengalir
darahku yang kedua
akankah sungai ini kubungkus dengan uang
tuan Indonesia mengeluarkan undang-undang
dari keringat rakyat, jiwa liat
dan sungai kata sebuah negeri
kunyanyikan bahasa air
sebagai tanda lahirku
kubaca ayat-ayat Sungai Bai
di antara tradisi-tradisiku
agar
rakyat tak terdampar
agar
rakyat tak diberdaya
Battangan, 2016-03-07
Matroni Musèrang lahir di Sumenep. Buku antologi puisi bersamanya adalah Puisi Menolak
Lupa (2010), Madzhab Kutub
(2010), Antologi Puisi Festival Bulan Purnama
Majapahit Trowulan (Dewan Kesenian Jatim, 2010). Suluk Mataram 50 Penyair
Membaca Jogja (2011), Menyirat
Cinta Haqiqi (NUMERA, Malaysia, 2012),
Rinai Rindu untuk Kasihmu Muhammad (2012), Satu Kata Istimewa (2012), Sinopsis Pertemuan (2012), dan Flows
Into The Sink, Into The Gutter (Inggeris-Indonesia,
2012), Sauk Seloko (PPN
VI Jambi 2012), Solusional 1 (2012), Dialog Taneyan Lanjang, Bunga
Rampai (2012), Sebab
Cinta (2013), Di Pangkuan
Yogya (2013), Terpenjara
di Negeri Sendiri (2013), Indonesia di Titik 13 (2013), Lintang Panjer Wengi di
Langit Yogya (2014), Gemuruh Ingatan (2014), Dari Negeri Poci 5,
Negeri langit, (Komunitas
Radja Ketjil, Jakarta: 2014). Puisi
Menolak Terorisme (2014), Parangtritis (2014), Penganten (2015) 175 Penyair Dari Negeri Poci 6, Negeri
Laut (2015), NUN (Yayasan Haripuisi Indonesia,
Jakarta; 2015), Memandang Bekasi, Komunitas Seni
dan Sastra Bekasi, Antologi Puisi Penyair Nusantara (2015), Ketam Ladam
Rumah Ingatan, (LSS Reboeng; Jakarta; 2016). Ia bisa dihubungi di nomor
085233199668.
Silakan klik Daftar Isi untuk membaca bagian-bagian lainnya.
0 comments:
Post a Comment