SAAT
RAMADHAN BERAKHIR
Ribuan
rasa yang bergema di dada
tak hendak kucatatkan di sini
biar saja menjadi catatan hati
rahasia hatiku dan Tuhanku
Aku
hanya ingin ungkapkan
tentang ribuan kenang yang mendera di setiap lebaran tiba
indahnya masa kanak-kanak yang tak terlupa
hingga impian remaja yang sirna terbuncang maruta
Terbayang
gadis kecil berbaju payung tertawa ceria
berlarian dengan teman-teman sebaya
memamerkan baju dan sepatu barunya
seakan dunia ikut tertawa
terbayang jelas di dalam ingatan
serupa rindu yang tak akan pernah terlunaskan
Dan
ada namamu dalam deretan memori
betapa kukhayalkan kini
saat anak-anak bersimpuh di kaki
kaulah yang ada di sampingku kini
Semarang, 3 Juli 2016
KETIKA
LUKA TERASA MENGANGA
Entah
sudah berapa puluh tahun
aku belajar menyusun
untaian perasaan rabun
agar ombak tak lagi mengalun
Entah
sudah berapa ribu jam
hatiku belajar terpejam
agar segala yang pernah merajam
tak terasa bagai tikam
Namun
waktu kadang tak bersahabat
begitu saja kenang muncul bak panah melesat
menoreh kembali luka menyayat
entah dengan apa lagi harus kubebat
Apakah
harus kuceritakan padamu
luka hati ini tetap membiru
mengingat prahara yang melibas haluan hidupku
Ah,
aku bahkan tahu apa yang akan kau kata
tak apa
menangislah jika itu yang terbaik kaurasa
meski semua tak akan pernah sama
ada satu yang terus bermakna
kau dan aku tetap istimewa
punya rasa yang hanya milik kita berdua
Sragen, 5 Juli 2016
GEDUNG
TUA
Betapa
ingin kudengar lagi
derap kaki penuh semangat
riuh rendah tawa nan ceria
di halaman yang penuh dengan seragam putih-putih
dan kutemukan dirimu dengan tatap sebening telaga
Betapa
ingin kulipat waktu
agar aku bisa kembali berteduh di bening telaga matamu
dan takkubiarkan riak badai mengoyak teduhnya
hingga tak kan pernah kulihat sekejappun kilatan lara
Betapa
ingin kusapa lagi
apakah dinding-dinding di gedung tua itu masih mengingatnya
tatap jenaka dalam senyum mesra
saat kepergok diriku mencuri namanya
Berapa
kali aku kembali
menatap gedung tua itu tiada henti
berharap waktu berbaik hati
hadirkan kembali beribu kenangan yang terpatri
pada dinding-dinding tua
yang setia menampung cerita
dari sepasang hati yang pernah dipertemukan di sana
Yogyakarta, 16 Juli 2016
BUNGA
PUTIH DI PELATARAN GEDUNG TUA
Masih
tercium semerbak wanginya
tersimpan di relung jiwa
saat kupetik dan menyuntingnya
menjadi penghias hati terluka
Masih
terbersit indahnya
dalam kenangan cinta penuh warna
kutitipkan dalam kelopak putihnya
hingga waktu berkenan menjemputnya
Tahun
berganti windu
gedung tua masih kokoh membeku
bunga putih di ujung pelataran itu
hanya tinggal kenangan di hatiku
Bolehkah
suatu waktu
kau ceritakan padaku
jika bunga putih itu.....
juga masih tersimpan indah di hatimu
Yogyakarta, 28 Juli 2016
SEPAGI
INI HATIKU MASIH MERINDU
Desir
angin pagi masih terasa membelai sukma
seiring derap langkah yang menggelora
tapaki hari-hari berwarna jingga
saat bis oranye masih lalu-lalang ramaikan kota
Gedung
tua itu selalu menjadi saksi
saat kudekap mimpi-mimpi sepenuh hati
masih terasa getarnya kini
meski tahun windu berganti
Betapa
ingin kukenang lagi
saat jemari menggengam ribuan mimpi
tentang bahagia yang ingin kita petakan di sana
bersama jalinan sutra yang terenda di dada
Pagi
ini angin seakan menyapa
masih...aku masih di sana
biarkan rindumu tetap bersenyawa
agar katalisator hidupmu terus menyala
Ohh
angin pagi
apakah lagu ruth sahanaya akan mengalun lagi
bersama rindu yang tak bertepi
Semarang, 29 Juli 2016
SENJA
BERAWAN
Awan
hitam berarak memayungi gedung tua
ketika melintas senja
daun-daun berguguran di ranting hati
mengenang kilasan kisah yang pernah terlewati
Senja
terpaku kehilangan rona
gumpalan awan menggelapkan suasana
kerlip lampu jalanan tak mampu kelabuhi
genangan air mata menitik bak gerimis
Kutengok
sekali lagi
gedung tua masih kokoh menjulang tinggi
bayangan gelapnya awan tak mampu tutupi
gelak tawa pernah riuh menghiasi
Sebelum
lampu berubah hijau
hati melambaikan salam rindu
kutitipkan ribuan kenang
di pelataran senja nan sepi
andai sosokmu tak tampak lagi
ribuan kisah masih indah terpatri
Jogja, 30 Juli 2016
MALAM
HENING
Malam
belum terlau tua
saat keheningan melanda
kau ada di mana
apakah masih kau pandangi rembulan jingga dengan
seorang putri menghiasinya
atau langit di kotamu kelam dibalut mendung
menggelantung
sungguh musim tak bisa lagi diduga
Malam
terasa hening meski belum menua
mungkin bisikan rindu bidari senandungkan kidung asmara
hingga anginpun enggan berkelana
tenggelam dalam harmoninya
Dalam
keheningan malam
aku masih merajut rindu yang sama
pada impian yang pernah terlepas dan sirna
namun hidup penuh dinamika
setiap keyakinan yang terus hidup di dada
memberi cahaya untuk terus meraihnya
di malam sebelum menua
namun khusuk dalam heningnya
Semarang, 10 Agustus 2016
SAAT
MERINDU
Kau
lihatkah cerah mentari pagi ini
hangatnya menjalar selimuti hati
seperti rinduku yang tak pernah sepi
semarakkan jiwa dengan semangat yang tetap membara
Kau
dengarkah kicau burung-burung kecil di pepohonan
riangnya melukis indahnya pagi laksana doa dan permohonan
seperti endapan rasa yang tak pernah letih dalam penantian
karena rasa itulah nafas kehidupan
Kau
lihatkah hamparan awan putih berhambur di langit biru
seperti bunga-bunga kapas tertiup sang bayu
seolah melambungkan angan menujumu
meraih mimpi-mimpi yang tersimpan rapat di hatimu
Kau
dengarkah alunan melodi berdenting merdu di hatiku
tembangkan langgam rindu yang tak pernah beku
jangan ragu aku pasti menunggu
dalam rindu yang telah menjadi napas hidupku
Semarang, 12 Agustus 2016
PAGI
BERSAMA SEGELAS KOPI
Sisa
hujan semalam masih menyisakan kesejukan saat segelas kopi menebarkan aromanya
meski sinar mentari mulai merayap pelan menghantarkan hangatnya
dan aku tenggelam dalam khusuknya pagi yang membius hati
Pagi
yang selalu berteman segelas kopi
mencoba mengeja mimpi-mimpi yang masih setia mengilhami
setiap langkah yang tak boleh kenal lelah
karena hidup selalu indah
Aroma
kopi masih menari bersenyawa dalam udara pagi
saat selintas ragu menyelinap di kalbu
masihkah sekali lagi waktu berpihak padaku
wujudkan rangkaian rindu di ujung jalan kecil menuju rumah terakhir
Segelas
kopi berteman pagi
mengapa membiarkan sebenih ragu melunturkan indahnya hari
bukankah hangatnya mentari telah tepati janji
bersama segelas kopi
mengendap sepasang hati
meski terpisah jarak dan hari
Semarang, 18 Agustus 2016
MEMANDANG
HUJAN
Tahukah
kau sore ini kotaku diguyur hujan
tetes airnya merintik di dedaunan
aku duduk di teras menerawang di kejauhan
tempias air memercik menguarkan kesejukan
Apakah
yang terlintas ketika hujan kembali membias
kaki-kaki kecil berlarian di sepanjang parit
menguntit perahu kertas perlahan melintas
gelak tawa saat melampaui milik teman sebaya
lalu
kesepian panjang yang terasa menyesak sukma
Sore
ini hujan menderas
kabut di matakupun mulai memanas
kenapakah harus rasa sepi yang melintas
bukankah hujan tengah hadir bersama riuhnya yang deras
Tahukah
kau bahwa aku tak beranjak pergi
meski ingatan tentang hujan kali ini menggores di hati
juga air tempias semakin membasahi pipi
aku tetap duduk di sini
berkaca pada hujan yang rinainya bernyanyi
meski bukan lagu senandung bidari
Semarang, 28 Agustus 2016
31
AGUSTUS
Entah
sejak kapan tanggal itu menjadi begitu bermakna
mungkin sejak kutahu di tanggal itulah kau hadir ke dunia
Entah
sudah berapa lama kulewati
untaian doa terbaik selalu terlantun di hari seperti ini
bahkan saat aku tak tahu
ada di manakah dirimu saat itu
tapi tak pernah terlewat
segala doa indah tersemat
bahagialah selalu kuharap
untukmu yang setia menghuni hati dalam senyap
meski usia semakin merayap
Dan
usia bagaikan jejak-jejak perjalanan
bukan tentang seberapa jauh jarak telah ditempuh
tapi seberapa dalam makna tergenggam
dan seberapa luas dalam penerimaan yang ikhlas
:
Selamat ulang tahun, Sayang
Semarang, 31 Agustus 2016
DI
AWAL SEPTEMBER
Hujan
pun masih turun dengan derasnya
seperti memanjakanku larut dalam rinainya
banyak kenangan yang melintas
setiap hujan menderas
Riuh
rinainya seperti membuka gerbang memori
menyelipkan untaian rasa warna-warni
pasti pernah ada tikam belati
menoreh di dinding-dinding hati
jangan tanya bagaimana pedih peri
telah terlunas bersama waktu yang melibas
seberapa
pun pedih kenangan menyerbu
rinai hujan telah senandungkan rindu
dan senyumu menyulam ribuan luka membiru
hangatkan hati semaikan mimpi
Hujan
masih setia bersua
meski september telah tiba
seperti rindu tak berjeda
setia menunggu hingga ujung usia
Semarang, 2 September 2016
HUJAN PUN BERIRAMA
Saat malam jauh berjalan
tak tik suara hujan semakin menawan
seperti alunan melodi
tembang para dewi
melantun di keheningan
hanyut dalam kenangan
Ingin kulukiskan lagi jalinan mimpi
mengisi kanvas kehidupan yang terus berjalan
merelakan sebentuk kenang yang telah melayang
menyusun mimpi dalam gelora hidup
agar asa tak pernah redup
seberapa kalippun pernah terjerembab dan kuyup
Hujan masih berirama menebar sunyi
tempiasnya mengetuk jendela
seperti ingatan akan tembang lara
senandung sedih lintasan nasib
silih berganti dengan kerlip bintang
meski jauh cahyanya
menyinarkan kehidupan
Malam seolah bersenyawa dengan hujan
membiuskan butiran-butiran rindu
menghamparkannya dalam ingatan
seolah pesan agar tak ada yang terlupakan
Semarang, 10 September 2016
HUJAN PUN BERSENANDUNG
Pada hujan yang rintiknya turun perlahan
kubisikkan ribuan pesan
untukmu yang setia menghuni hati
agar menjaga untaian melati yang pernah kita ronce
sepanjang hari
Dalam gerimis sore yang riang berdendang
kau dengarkah petikan lagu sendu mendayu
membisikkan rindu yang meraja setiap waktu
menuju senja di mana janji kita
bertemu
Pada malam yang luruh di kegelapan
dalam dekap doa mengalun perlahan
laksana senandung para dewi meniti tangga pelangi
Semarang, 15 September 2016
APA KABAR
Hujan baru saja berhenti
sudah lelapkah dalam mimpi
baringkan raga dalam pelukan sepi
istirahkan jiwa di keheningan hati
Di sini aku masih terjaga
membaca ribuan cerita duka dan bahagia
mungkin pernah satu dua melanda kita
dalam perjalanan usia yang tak lagi muda
Ingin kubisikkan sebuah tanya
apa kabar, Sayang
setelah rentang jarak dan waktu jauh membentang
dan kita memilih jalan bersimpang
pernahkah terkenang mimpi-mimpi usang
ketika harapan indah membayang
Dan di dalam sepi
hanya doa meniti pelangi
peluklah impian kita dahulu hingga pagi
saat mentari menebar harap dan janji
Semarang,
17 September 2016
PASANGAN JIWA
Engkaulah pasangan jiwa
begitu hatiku selalu berkata
meski entah di mana dirimu berada
kehadiranmu di hati cukuplah membuatku bahagia
Kau mungkin tertawa
melihat kerapuhan hatiku kala kau tiada
tapi aku selalu menghadirkannya
agar langkahku tak terasa nestapa
Jalan kehidupan memang berliku
cadas curam kelindan dusta membelenggu
tapi waktu tak sedetikpun berhenti
tak peduli seberapa dalam luka hati
hidup harus terus dinikmati
Kini kau paham kenapa cintaku padamu tak pernah karam
di antara beban hidup bergelayut di pundak yang semakin kisut
langkah kaki mulai goyah tak lagi gagah
tapi kaki harus terus melangkah
cintaku padamu serasa galah
menopang langkah saat hampir kalah
Kini kau tahu dirimulah pasangan jiwaku
yang entah di dunia mana kan bertemu
Semarang,
17 September 2016
SAAT HATI MERINDU
Apalah yang bisa kukata ketika jarak dan waktu membentang
begitu nyata
kau pilih jalan yang hanya bisa kau lewati semata
sedangkan aku tergugu di tempat yang sama
terpaku pada cinta yang senyatanya tak membuatmu
bahagia
Selanjutnya kususuri jejak-jejak hati dalam memori
meski telah jauh waktu berlari
masih harus kuakui
tak ada tempat terindah yang bisa kusinggahi
: Selain pulang ke hatimu
Semarang, 21 September 2016
KETIKA HUJAN DINI HARI
Hujan menderas dini hari
seolah menyapaku di tengah sepi
masihkah kau simpan ribuan mimpi
yang kau dekap bersama kanak-kanak bernyanyi
Gemuruh hujan di pagi buta
seolah dendangkan tembang nestapa
berguguran bunga-bunga lara
dari mimpi yang begitu saja kau lupa
Rintik hujan riang menari
tak pedulikan perihnya hati yang menanti
kapankah luka-luka terobati
koyaknya kembali erat menepi
Dini hari berkawan rinai hujan
hanya alunan doa yang meniup perlahan
melarutkan luka-luka terpendam
merelakan karam bersama derasnya hujan
Semarang,
28 September 2016
0 comments:
Post a Comment