Varli Pay Sandi
(Pontianak)
Kemilau Kota Intan
Dik!
Ini Ngabang
Kota inilah yang di juluki
Kota Intan
Dik !
Kautahu kenapa di sebut
Kota Intan.
Di perut buminya terdapat
banyak Intan, dik! Begitu juga dengan emasnya.
Kitika kau besar nanti.
Jelajahlah hutan-hutan
Temui indahnya air terjun
di berbagai sudut rimba.
Jika kau ke serimbu,
kunjungilah Air Terjun Melanggar, namun jangan kaulewatkan Air
Terjun Dait yang tujuh
tingkat.
Indah dik! Sungguh indah.
Kuatkan langkah kakimu,
terjang semak belukar yang menghalangi kakimu saat berjalan.
Jangan hanya di Ngabang
saja, Dik!
Tak akan kautemui indahnya
di sini. Lihat Sungai Landak itu! Airnya saja telah
menguning keruh.
Keruh sekali, oleh sisa
penambangan, belum lagi meluasnya hutan lindung yang dijarah perusahaan sawit,
di perhuluan sana.
Latih otot-ototmu, setelah
kau merasa siap. Lekas bergegas tinggalkan kota ini.
Prediksiku nanti, jika kau
masih tinggal di kota, maka untuk bernapas pun kau harus membeli oksigen yang
dijual secara komersil.
Sekarang istirahatlah dik!
Malam sudah larut, segera
habiskan susumu.
Aku akan menjagamu,
menyelimutimu.
Varli Pay Sandi lahir di Ngabang, Kabupaten Landak
pada tanggal 15 Mei 1988. Mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga Sekolah
menengah atas di Ngabang dan menyelesaiakan kuliahnya di STKIP PGRI Pontianak,
Kalimantan Barat. Sejak sekolah menengah atas varli sudah senang menulis,
terutama sajak. Ia bisa dihubungi via Pos-El: varlisandi@gmail.com
dan nomor ponsel: 081345560343/085750945155. Laman pribadi celotehvarli.wordpress.com. Alamat rumah di Jalan Ampera
Komplek.Villa Permata Asri No.E1, Pontianak, Kalimantan Barat.
Widya Hastuti
Ningrum (Kudus)
Palung Sungai
Pagi itu, mendung
tiba-tiba memekatkan diri
langit mungkret kehilangan
nyali
matahari tak berani pancarkan
api
ngeri mengepung bumi
angin pun ikut berpesta
pora
memporak-porandakan semua
yang terjaga
tangan tak lagi sempat
menyelamatkan benda
semua jadi gila!
Mbok Sarmi memekik dari
arah sungai
suaranya sayup merenta
terjangan gelombang menghempas napas
timbul tenggelam bersama
rambutnya yang tergerai
dan dari bukit yang pekat
curahkan air menghunjam
hulu
menjejal peluh rindunya
pada hilir
dan hilir mendera rintih
rindunya Mbok Sarmi
semua mata meratap penuh
sesal
karena air santer tak
memberikan ruang
menyisakan langkah gontai
dengan pandang menerawang
beramai menyusuri bantaran
sungai
yang airnya tetap
membuncahkan landai
menggigil di antara kuyup
tubuh berderai
Duhai, hujan yang
bercengkerama dengan muara
menyisakan cerita dari
deretan panjang nyanyian duka
dari tarian sungai yang
menggeliatkan tubuhnya
membumbungkan riak
menghempaskan jiwa-jiwa
memuntahkan segala rayuan
mantra-mantra
meludahkan kembang dan
dupa
terus saja melenggang
bersama hilir yang memesona
warnai malam ruh berpesta
pora
saat ajal menghempas napas
tepat di pusara air yang
menggerus pusar bumi
dan hingga dini hari
warga jumpai mayat Mbok
Sarmi
tepat di palung sungai
Widya
Hastuti Ningrum. Lahir di Jepara tanggal 3 Januari
1973 dan menetap di Desa Besito RT 03 RW 04, Gebog, Kudus. Berprofesi sebagai
guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MAN 2 Kudus dan tercatat sebagai Mahasiswa
Pascasarjana Universitas PGRI Semarang.
Puisi yang sudah pernah diterbitkan
dalam antologi Bayang-bayang Menara
berjudul Di Sudut Takasimaya Ku Temukan
Mariyem, Ganti Lagi, Ganti Lagi,
dan Ini Bukan Lagi Nyanyian Abang Becak.
Hingga saat ini masih aktif sebagai pengurus Keluarga Penulis Kudus (KPK).
Yanti S Sastroprayitno (Semarang)
Menuju Muara
Ingin kularung semua lipatan waktu
yang penuh goresan kelabu
yang menorehkan gurat di kanvas
hidupku
bersama deras arusmu
agar tak lagi kujumpa
perih dendam dan luka
amarah dan semua prasangka
lesap hanyut tak tertinggal di jiwa
Mengalir tenang seperti arusmu
tak pernah melawan saat terantuk batu
menepi berkelit mencari celah
sabar tenang bertemu bendungan
saat terlampaui
kembali mengalir mengikuti gravitasi
Ingin kubasuh semua noda berpeluh
pada riakmu yang gemericik riuh
agar hanyutlah semua debu
yang mengotori hati dan jiwaku
karam dalam alunmu
terhanyut dan diam
Hingga saat menuju muara
tak ada lagi luka
tak ada lagi amarah dan dendam membara
hanya kepasrahan
dalam naungan cinta
Semarang,
2 Maret 2016
Yanti S Sastroprayitno terlahir dengan nama Sriyanti di
Sragen, 5 Februari 1969. Ia menyelesaikan S1 dan S2 di Jurusan Kimia FMIPA,
UGM. Sekarang mengajar di Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro (1994—sekarang).
Selama menulis,
ia pernah memenangkan lomba menulis esai untuk cerita bersambung di majalah
berbahasa Jawa Panjebar Semangat
tahun 2006, menulis artikel kesehatan dan wanita, cerpen di media berbahasa
Jawa Panjebar Semangat dan Jayabaya.
Puisi-puisnya
dimuat dalam antologi puisi bersama, antara lain Sang Peneroka (2014), Cinta
Magenta (2015), Untuk Jantung
Perempuan (2015), 1000 Newhaiku
Indonesia (2015), Kitab Karmina
Indonesia (2015), Puisi Menolak
Korupsi Jilid 5 (2015), dan Dari
Negeri Poci 6 (2015).
Yudhi Ms (Kudus)
Sungai
Kenangan
bila air mengarus meruyakkan langit
hitam, marah
memarah, melibas segala yang
menghalang. menyuguh
guruh dan gemuruh, menebalkan takut
bagi palang dan
titian. runtuh dan rubuh nyali tonggak
dan nyala keangkuhan
; adakah yang lepas dari sudut pandang
pun bila sampah dan comberan menjajah
kesucian,
memamerkan wajah berlumur anyir
kotoran. mata memejam
dari keruh dan kumuh. telinga tertutup
dari degar dan
degup. hidung tersumbat abai antara
bacin dan bangkai
; masihkah memasung jiwa sebagai arca
tapi bila bening meliuk berawal jeram,
mengapungkan bersih
awan, desah rimbun daunan, rona
bebungaan. bagai bidik
mengabadikan nuansa hening antara
ranting dan tebing.
diam antara batu dan bantaran. merdu
lagu ricik riam.
celoteh burung di dahan-dahan
; sudahkah kaupigurakan senyummu
memelan
sungai, lukisan wajahmu dalam segala
kenangan
gelegak rindu peluk hibuk tak tertahan
lengan-Nya mengembang
Kudus, 2016
Yudhi Ms. lahir, besar, dan hidup sampai tua
di Kudus, Jawa Tengah. Karyanya berupa puisi, cerpen, geguritan, esai, naskah
drama, juga novel. Puisi dan cerpennya pernah dimuat di sejumlah media massa
pusat dan daerah. Aktif di dua komunitas yang ia ikut mendirikannya, Keluarga
Penulis Kudus (KPK) dan Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK).
Yuditeha
(Surakarta)
Aku Ingin Selalu Bisa Berkaca di
Permukaanmu
sejak dipisahkan dari wana dan pelangi
menjauh ke sisi bukit yang penuh
dengan batu terbelah
musim tiba-tiba tersesat kala ingin
pergi ke sana
lupa akan rute dan tanda
karena segala warna hijau telah
menghilang
kau tak lagi terlihat
melingkar-lingkar
dari langit kau tampak tersendat-sendat
terputus-putus seperti garis marka di
tengah jalan
dengan isyarat boleh menyalip
di manakah airmu?
mengapa orang-orang diam saja?
tidakkah mereka rindu untuk membasuh
muka denganmu?
Di manakah mereka akan berkaca?
tidakkah mereka ingin hidup sehat?
aku ingin menghirup udara segar yang
kau alirkan
aku ingin berlari-lari mengelilingimu
di bantaranmu
aku ingin kau tetap menyertai buah
padi muda hingga menguning
aku ingin selalu bisa berkaca di
permukaanmu
terlebih sebelum waktunya bertemu
dengan kekasihku tiba
Yuditeha. Penulis puisi, cerpen, dan novel yang
hobi melukis wajah-wajah dan bernyanyi puisi. Pegiat Komunitas Sastra Alit
Surakarta. Fb: Yuditeha. Laman: yuditeha.wordpress.com.
Zein Moslem (Banjar)
Hain Dusun Bancing
Tubuhmu sebening embun
Sentuhanmu sejuk menyapa qalbu
Menjalar masuk, melalui pori-pori
dengan syahdu
Hain!
Kaulah titisan riak-riak air
pegunungan meratus
Mengalir lembut di sela bebatuan, akar pohon, serta
dedaunan
Berkawan dengan binatang yang haus dan
ikan-ikan pembelah arus
Menyapa penduduk dusun ketika berbilas
dari kotoran dan sabun
Hain!
Kaulah jantung Dusun Bancing
Sumber hidup untuk minum, mandi atau
pun memancing
Mengalir terus tanpa lelah
Menyejukkan tenggorokan, menghilangkan
dahaga
Juga membasahi tubuh kala panas
mendera
Hingga bertemu anak cucu kami tanpa
cerita
Karena kau tetap menjadi saksi semesta
yang nyata
Minggu
13 Maret 2016
Mengenang mandi di hain dusun bancing
desa paramasan bawah pelosok ujung kabupaten banjar kalsel saat KKN STAI
Darussalam 2015 lalu.
Hain : parit kecil
Zein Moslem
merupakan nama pena dari Zainal Muslim. Mulai tumbuh di perkampungan Muara
Halayung pada tanggal 28 September 1992.
Ikut berkesenian dan bersastra di
Sanggar Ar-Rumi STAI Darussalam Martapura. Karya puisinya masih terbilang minim
karena baru aktif di dunia sastra, antara lain dimuat dalam antologi bersama
sanggar ar-rumi Ribuan Gemercik,
(2014), Kalimantan Menolak untuk Menyerah
(2015), dan Ayo Goyang (2016).
Sekarang berprofesi sebagai pendidik di MTs Nurul Ma’ad landasan ulin.
Beralamatkan di Desa Muara Halayung,
Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pos-El:
Kangzeinmoslem@gmail.com, Nomor ponsel: 08976553596.
Facebook: Zein Moslem Rumi.
Zham Sastera
(Ciputat)
Pagi di Sungai Itu
Pagi
datang lagi, bersama tetesan embun
begitu
jiwa nan raga harus nyata bangkit terbangun
Burung-burung
yang mulai beranjak terbang
perlahan
mulai bernyanyi riang berkumandang
Dedaun
hijau nan baru
tersenyum
tampak membawa semangat baru
Begitu
dengan para hamba penghuni desa
menyambut
pagi nan luar biasa
Bersama
hangatnya sapaan mentari pagi
pertanda
di bolehkannya para hamba tersenyum gigi
Menyambut
pagi nan cerah
berharap
dalam buai hari langkah nan berkah
Kini
dalam putaran detik
bunga-bunga
di tepian sungai tampak merekah cantik
Tampak
tersenyum saat kumbang dan kupu-kupu menyapa
seolah
tak ada nestapa
Kini
di sungai itu air nampak mengalir
begitu
jernih dari hulu ke hilir
Di
sambut pagi nan cerah
kembali para hamba kian berharap semoga hari berlimpah
berkah
Di
sungai itu sempat tercipta senyum-senyum para hamba
pada sungai setia pendamba
Tempat
dimana cita banyak tercipta
meski di kaki gunung cita semoga tercipta
Pagi
di sungai itu
para
hamba mengadah tangan dalam doa nan satu
Berharap
sungai kan selalu setia bersahabat
pada
para hamba yang menjaga nan hebat
Menjaga
sungai sumber kehidupan
jadikan para hamba sejahtera berkecukupan
Dalam
naungan syukur
melepas
resah gelisah hitam takabur
Semua
berkat cinta-Nya
hanya
karena-Nya
Sungai
tercipta nan indah
semoga
selamanya nyata selalu semerbak indah.
Ciputat, 1 Maret 2016
Zham Sastera
nama pena dari Jamiludin lahir di Pandeglang, 8 Januari. Ia merupakan pegiat
Sastra di Forum Lingkar Pena Cabang Ciputat. Memulai pendidikannya di SD Negeri
Citumenggung I, Pandeglang, Banten. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I
Bojong, Pandeglang, Banten, kemudian SMK Negeri 4 Pandeglang, Banten, hingga
kini sedang berjuang TA di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Minatnya di dunia tulis-menulis mulai berkembang ketika ia
ikut bergelut di Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Ciputat. Sehingga karyanya
telah beberapa kali lahir baik berupa fiksi maupun non fiksi. Selain menulis,
kini ia juga tengah aktif di pondok kajian Pondok Pesantren Al Istiqomah, Pondok Cabe, Tangsel,
dengan bimbingan guru setianya, yaitu KH. Dr. Thobib Al Ashyar, M.Si.
Jika pembaca ingin berbagi atau ingin mengenal lebih dekat
sosok Zham Sastera, bisa kontak ke Pos-El: zhamsastera@yahoo.com
atau bisa juga langsung ke laman: zhamaswaja.blogspot.com. Facebook/Twitter-nya
adalah: Zham Al Muzzammil/@Zhamsastera73. Nomor Ponsel: 085288683853. Pin BBM: 2ABD71FE.
0 comments:
Post a Comment