Banyu bukan tipikal cowok yang dengan suka cita dan mudah menyatakan perasaannya. Dia cenderung tertutup dan introvert. Tidak semua bisa berkesempatan dapat melihat hatinya. Aku beruntung banget dapat dekat dan sekedar menjadi teman bicaranya, meski dia sering ndagel tetapi terjkadang dia juga ada seriusnya. Dia memang banyu segara dan segara banyu. Begitu luas matanya dan hatinya memandang dengan mata batin yang jernih dan terbuka. Suatu sifat lelaki yang penuh martabat dan menjaga kehormatan diri.
“Pergilah, aku sangat paham dirimu,
Banyu!”
“Kau butuh seorang perempuan yang sangat mencintaimu!”
Udara bergetar dinding dinding langit terkesima ada seorang perempuan yang begitu berbesar hati menerima kenyataan. Dan manakah ada seorang kekasih yang membiarkan kekasihnya pergi dan merriede dengan orang lain. Temukan kebahagiaanmu Banyu. Aku tak akan menikah sebelum melihatmu menikah. Inikah cinta? Mengapa cinta yang seperti ini?
“Aku tidak akan menikah terlebih dulu setelah aku mendengar pernikahanmu, jangan lakukan apapun demi aku, jangan khawatirkan aku. “
Ya, ya namanya Eddy Hayu Banyu Biru. Nama cukup keren di kampus. Siapa yang tak kenal Banyu siapa yang tak jatuh cinta pada Banyu Biru?. Siapa yang tidak mengidolakan Banyu? Lelaki keren yang selalu dikerubungi perempuan cantik. Tetapi ia sangat konsekwen dan pemalu, tidak pernah mak mek mesti gaya hidupnya slengekan dan semau gue.
Waktu fana, hanya Tuhan yang abadi. Dari
mana aku harus mulai cerita ini aku pun tak tahu. Hanya ngatan ingatanku
yang kebetulan dekat dan melekat. Tertinggal
di ujung ujung waktu yang masih tersisa.
Senja kuning, tak ada matahari yang masih bertahan di ujung kelam awan. Telpon berdering. Berlari lari kuangkat,. Masih berdering aku pencet tombol hape jadulku yang kecil dan mungil ini, kata terima. Dan betapa hati masih berdebar jantung menderas. Suara laki laki berat dan tertawa renyah, sumringah tanda ada sedang bahagia.
Aku terima saja dengan senyum dan gembira atau tertawa lepas. Bagaimana ia dengan kelakar menceritakan kedugalannya di masa remaja usia belasan tahun silam dengan teman-teman kuliahnya di sebuah lembaga perguruan tinggi yang cukup ternama di Solo. Ia bercerita atau bernada memberitahu atau mengenang teman-teman lamanya, dan terutama teman ceweknya atau pacarnya dulu aku pun hanya mendengarkan saja.
Lelaki itu memang dugal. Kedugalannya
jelas kentara. Ia begitu semau gue
dan seenak sendiri untuk duduk dengan siapa saja tak ada yang mau mengatur dan
diatur atur.
“Ehhh ada Shinta gak jadi deh masuk kantin, nanti najis!”
lelaki muda itu kemudian berbalik arah dan diikuti teman-teman cowoknya, dan
seisi kantin melihat semua, wajah Shinta memerah karena ulahnya.
Begitulah ulahnya laki laki itu
terus membuat suasana dagel dan begitu pecah oleh tawanya. Pas ada jam materi
kuliah dosen diadakan kuis dan ulangan. Laki laki itu tingak tinguk di ruangan kuliah.
“Mas, tolong mbok jangan merokok dulu, teman temanmu jadi terganggu!”
Kata Dosen itu sambil menegur lelaki tinggi dan kurus itu. Sontak lelaki itu bangkit dan maju ke depan perkuliahan.
“Teman-teman, terganggu tidak?”
“Tidakkkkk!” serentak seluruh seisi
ruangan berseru teman teman kuliah sambil menyengir dan ketawa tawa.
Bagaimana pun ulahnya kalau malam
minggu bukannya mau apel pacar atau perempuan tapi merusak acara orang pacaran.
Tidak hanya mahasiswa tetapi juga dosen-dosen muda.
“Aku tidak ingin orang tahu aku
pacaran! aku punya banyak teman perempuan. Dan pernah suatu ketika ia menang
untuk taruhan. Barang siapa bisa memboncengkan Endang, maka teman-teman
sekampusnya akan mentraktir bakso. Bayangkan betapa marahnya Endang saat itu ketika dijadikan toh
tohan atau jadi taruhan.
Dan riuhnya tepukan, meskipun engkau
tersenyum hatimu tahu, perjalanan hidup. Hidup hanyalah kehambaran, gersang dan
kerontang, perjalanan hidup di padang pasir. Tak pernah ada air bening yang
menyejukkan kerongkongan. Dan sinar kekaguman dan riuhnya tepukan. Meski aku
tersenyum orang pun tahu apa yang di hatiku. Di mana kekasihku, ditinggal
kekasihmu.
“Siapa namamu?”
“Saya, Aulia Malida!, kakak senior ”
“Dan kau yang penyanyi itu Neny
Angraini!”
“Kau kau Neny Anggreini, penyanyi
cantik, ayuk pergi ke kamar mandi, hapus semua make up-mu!” sambil besengut Danu menarik lengan Neny ke toilet,
dan begitu tunduk perintah Danu, penyanyi kampus anak perpeloncoan itupun manut
saja menurut saja pada seniornya.
Aku seolah yang paling tahu
tentangnya, siapa dia, lelaki dengan cinta sejuta cueknya. Kalau teman-teman kampus sering bercerita, banyak
perempuan yang minta tembok tempat perlindungan pada lelaki itu jika sedang
dijekar cowok lain tapi tidak suka.
“Be, udah kau disini saja, si
Gunarso itu ngejar aku, aku gak suka,
kau kujadikan pacar pura–pura sementara dulu ya biar si Gun pergi!” Be begitulah panggilan Banyu oleh teman-teman
kampus. Untuk kagak Bencong, geli
sendiri.
“La apa kau gak suka Gunarso,!”
“Gak, aku gak mau Be!”
“Ya udah, siap!”
Tetapi di waktu lain, ada teman perempuannya yang sedang ditaksir cowok lain, temannya tadi gak mau Banyu, deket deket padanya ntar dikira ceweknya.
“Jangan deket-deket dulu Riq, aku
lagi ditaksir cowok anak Fisip itu, kau jangan deket aku dulu ntar dikira
pacarmu, cowokku ‘kan mau pdkate dengaku!”
“Okey–okey!”
Aku hanya mesam–mesem, aku paling tahu siapa Banyu, siapa si cuek itu yang sebenarnya dulu di kampusnya.
“Aku tidak akan pernah bisa
menyakitimu!”
“Ya. Aku takkan tega meski kau
pinta untuk melakukan hal yang tidak masuk akal, kau akan kehilangan keluarga
terusir hanya karena aku, aku tak ingin terjadi konflik dengan orang tuamu!”
katanya suatu waktu sebelum akhirnya memang harus berpisah baik baik.
“Tak ada yang saling menyakiti dan
tersakiti, cinta memelihara bukan merusak, aku sudah ikhlas, kita bukan jodoh. !”
“Jadi kalau kau menyayangiku itu
kau anggap menyakiti!”
“Iya kalau aku melakukan hubungan
yang tidak baik dan merusakmu itu menyakitimu, dan aku tak ingin!”
“Aku paling lemah sebagai lelaki,
aku tidak punya nyali untuk menyakitimu, jika kau memang bukan untukku, biar
aku ikhlas kau untuk orang lain!”
“Lelaki yang sangat menyerah dan
lemah!”
“Kenapa kau tak bisa dan mau
mempertahankan aku?”
“Ya Da, aku memang lelaki lemah!”
Waktu tak bisa diputar kembali ke masa lalu. Mengapa kau biarkan kita saling pergi menjauh. Mengapa kau biarkan aku pergi dan tak kau berusaha mengejar dan pertahankan aku. Perpisahan hanya karena tak ingin menyakiti aku.
Mengapa dirimu biarkan aku dan dirimu terpisah menjauh, saling acuh dan saling tak ingin menyakiti. Apakah cinta menyakiti? Apa logika kamu dulu, dan diantara kita tak lagi ada dendam dan sakit itu. Itukah cinta dan caramu menjagaku.
“Bagaimana jika cinta diacuhkan?”
Haruskah aku tersinggung.
“‘kan kau ga minta!”
“Kalau minta berarti rendah ya,
atau merendahkan diri ya!?”
“Ya ndak tahu!”
“Karena aku tak tega menyakiti
perempuan!”
“Dan kau sangat menjaga, aku tak ingin melukaimu!”
Mengapa cinta selogis itu?. Sementara aku hanya punya cinta, perasaan. Mengapa aku begitu bodoh dimatamu. Begitu rendahkah aku dimatamu? Ya ampun aku menangis, ya ampun seharusnya aku bahagia dan senang. Atas kegembiraaan yang selalu ia berikan. Atas senyum yang selalu dia hiburkan, atas tawa yang selalu ia bukakan pagi untukku. Aku sudah lama tidak menangis, harusnya aku tidak konyol. Aku tidak boleh memarah-marahinya lagi.
“Besok aku jemput ke KKN-mu di
Plupuh!”
“Ya, baik, terima kasih, aku akan
di sana beberapa bulan, apa kau ada waktu kok bisa jemput!”
“Ya, mudah-mudahan bisa!”
Dan dialah lelaki paling dugal dan
konyol yang aku temukan, di kampus. Orang orang tak tahu kalau kami pacaran
atau entah apa aku gak tahu. Dan aku
memang tidak pacaran. Aku sangat menjaga diriku. Dan Banyu juga sangat menjaga
diriku, dan menjaga untuk tidak merusak dan menyakitiku. Teman-teman KKN ku pun tahunya dia saudaraku.
Menurutku ini cinta paling acuh di dunia, dan aku terima keacuhan ini, hingga
aku tak pernah menuntut satu katapun kata cinta dari bibirnya, dan itu takkan
mungkin keluar. Sampai kapanpun. Cinta paling aneh. Meski tak pernah menyatakan
rasa cinta tetapi selalu ingin bersama, kemana mana bersama dan perasaan nyaman
dengan Banyu.
Ya ya namaku Aulia Maulida atau
dipanggil Dida, aku punya cara untuk melupakan, aku juga punya cara untuk
menghapus dan melenyapkan bahkan membunuh waktu, tetapi mungkin tak bisa
membunuh rasa. Aku punya cara untuk melupakan apa yang terjadi di masa lalu.
“Bunuh saja aku!”
“Kalau itu bisa untuk melupakanmu!”
Dan kalau sudah sampai puncak
kepatahanku sukanya uring uringan. Aku selalu menanyakan kejelasan ubungan kita
ini apa kekasih atau simbiosis apa. Teman tapi mesrah atau apalah. Maka aku
selalu saja uring uringan ketika Banyu selalu berkata cinta tak pernah akan
kukatakan tetapi kuberikan dan kurasakan.
“ Pliss Pak, Bu, Abah umi…jangan lihat orang dari
covernya, jangan lihat orang dari kulitnya!”
“Banyu tak seperti yang Bapak dan
Ibu kira seperti lelaki yang kebanyakan seperti itu!”
“Aku yang tahu persis siapa Banyu
dan bagaimana sifat Banyu yang sebenarnya jauh dari tampang luarnya, hatinya
bagus dan hatinya baik!”
“Kau sudah kena racun dan diracuni
pikiran dan hatimu sehingga matamu buta cintamu buta Dida!”
“Sadarlah nak, sadar Dida, Abah, dan umimu pingin membuatmu bahagia
kau harus mendapatkan lelaki yang selevel yang cocok dan pantas agar kau
bahagia!”
“Abah sudah memilihkan jodohmu anak Kiai Makruf, namanya Azzam, dia
baru saja lulusan Al-Azhar!”
“Tapia Abah!”
“Kau bisa melakukan taaruf dulu!”
“Tidak Abah aku tidak mengenal Azzam, bagaimana aku bisa mencintainya, dia
kuliah jauh di Mesir aku tak pernah mengenal sebelumnya!”
“ Sudah Da, Azzam pernah menghadiri
kajian dan pengajian di pondok Abahmu,
kau lupa dia hadir bersama Nyai dan Abahnya
Kiai Al-Muharom Makruf Hidayatulllah, waktu ada acara haul kajian Maulid Nabi tahun lalu!”
“Dan sebentar lagi Azzam meraih
Doktor di Al-Azhar dan dia menjadi dosen di Perguruan Tinggi Islam terkemuka di
Jakarta. !”
“Pikirkan Azzam, bukan anak kampret
itu, kalau kau ingin masa depanmu bagus!”
“Apa yang bisa kau banggakan, yang bisa kau andalkan dari anak
yang tak jelas masa depannya itu, luntang lantung tidak punya pekerjaan,
penganguran, apa Dida?”
“Kau akan jadi wanita terhormat,
berwibawa, segala kebutuhanmu tercukupi, Ibu dan Bapak hanya pingin kau bahagia!
Dan kau akan bahagia dengan Azzam!”
“Abah, sebaiknya soal jodoh soal pendamping suaminya Dida kita tidak
turut campur Pak Kiai!”
“Kau juga mau ikut ikutan untuk
mengatur Dida?”
“Tidak Pakdhe, Om hanya kasihan pada ponakanku Dida jangan ditekan tekan
dalam memilih pendamping hidupnya!”
“Betul Abah, Mbak Dida sebaiknya diberi keleluasaan dalam memilih suami
dan memilih yang terbaik menurut kata hatinya!” kata Wardah adikku menyela.
“Abah dan Umy telah mengarahkan dan memilihkan jodoh yang terbaik
untuk kebahagiaan putrinya, apa salah kalau orang tua memilihkan jalan
kebahagiaaan untuk putra putrinya, untuk masa depan anaknya!?”
Semua cinta harus diperjuangkan. Cinta harus diperjuangkan. Cinta terkadang memang banyak halangan dan rintangan. ‘Tak mudah begitu saja untuk mendapatkan cinta.
Kutuliskan kenangan caraku menemukan dirimu. Tentang apa yang membuatku mudah mencintaimu. …. begitu kata lirik lagu Surat untuk Starla (Vergoun).
Selanjutnya? Klik Daftar Isi atau Bagian Selanjutnya, yakni Janur Melengkung.
0 comments:
Post a Comment