Sebelum dijadikan sebagai
lokasi kolam renang Idaman Banjarbaru, tempat ini dulunya dikenal dengan
sebutan Taman Gembira. Sesuai dengan
namanya di tempat ini juga sering digelar acara-acara hiburan rakyat,
seperti pertunjukan musik, adu tangkas main silat, teater,dan pemutaran filem
gratis. Tempat ini dilengkapi dengan panggung terbuka yang dibangun permanen.
Selain fasilitas panggung
terbuka, Taman Gembira juga dilengkapi
tempat bermain untuk anak-anak (yakni ayunan, perosotan, dan papan
jungkat-jungkit), tempat latihan pramuka, lapangan basket dan lapangan tenis.
Selain itu, walikota Banjarbaru juga menempatkan sebuah pesawat helikopter
rusak di Taman Gembira.
Helikopter rusak ini
berasal dari peninggalan tenaga ahli pertambangan Rusia yang bekerja di Proyek
Besi Baja. Pasca meletusnya pemberontakan G.30.S/PKI, tenaga ahli pertambangan
Rusia ini pulang kembali ke tanah airnya.
Sejatinya, pesawat
helikopter rusak ini ada 2 buah. Mula-mula kedua helikopter rusak itu tempatkan
di lapangan terbuka di bekas lokasi kantor Proyek Besi Baja di Jalan Wijaya
Kusuma Banjarbaru. Salah sebuah diantaranya kemudian dipindahkan ke Taman
Gembira.
Pemindahannya sangat unik,
karena tidak dilakukan dengan menggunakan mobil pengangkut alat-alat berat
sebagaimana lajimnya sekarang ini, tapi dilakukan dengan cara ditarik oleh
beberapa orang. Aku termasuk salah seorang saksi mata dalam peristiwa
pemindahan helikopter rusak ini.
Hahaha, aku langsung
tertawa ngakak terbahak-bahak ketika baru-baru ini (2012) ada seorang anak muda
berusia sekitar 20 tahun yang sok tahu menceritakan kepadaku bahwa di Taman
Gembira ini dulunya pernah terjadi kecelakaan fatal, yakni jatuhnya sebuah
pesawat helikopter.
Ketika itu, pesawat helikopter
rusak ini menjadi salah satu tempat bermainku yang favorit jika sedang berada
di Taman Gembira. Aku sering membayangkan diriku mampu memperbaiki pesawat
helikopter rusak ini, lalu dengan bangga menerbangkannya mengelilingi kota
Banjarbaru. Begitu turun ke darat aku langsung dielu-elukan oleh segenap warga
kota Banjarbaru sebagai anak yang jenius.
Namun, tidak berapa lama
kemudian, pesawat helikopter rusak itu berubah fungsi menjadi toilet umum,
tidak hanya untuk membuang hajat kecil, tetapi juga membuat hajat besar.
Akibatnya, tidak ada lagi anak-anak yang mau bermain di sini. Lambat laun,
pesawat helikopter rusak itu hilang tak berbekas lagi. Konon, hari demi hari
tangan-tangan jahil para pemulung barang bekas mempreteli alumunium, besi,
kabel, plastik, kaca dan lain-lainnya, kemudian menjualnya secara kiloan kepada
para pengepul barang bekas.
Masih ada satu tempat yang
berkaitan erat dengan salah satu episode masa laluku di kota Banjarbaru ini,
yakni salah satu dari dua lapangan tenis yang ada di Taman Gembira ini.Betapa
tidak? Aku pernah cukup lama bekerja sebagai kacung pemungut bola tenis.
Ketika itu aku baru duduk
di Kelas V Sekolah Dasar. Temanku sesama kacung ada yang kemudian sukses
sebagai pemain tenis handal, karena kehandalannya bermain tenis, maka dengan
hanya berbekal ijazah Sekolah Dasar ia
bisa diterima bekerja sebagai PNS. Tugasnya adalah mewakili instansinya bermain
tenis di berbagai pertandingan tenis.
Terus terang aku pernah
merasa iri melihat kesuksesannya. Tapi, aku tak pernah berhasil mengikuti
langkah suksesnya, karena aku tak pernah berhasil menggembleng diriku menjadi
seorang pemain tenis yang handal. Syukur Alhamdulillah, setelah tamat dari SMEA
Negeri Martapura aku akhirnya juga bisa menjadi PNS meskipun tidak handal
bermain tenis.
Setelah diterima bekerja
sebagai PNS pada tahun 1979, aku mulai meninggalkan kota Banjarbaru. Sejak itu
aku tinggal di kota Banjarmasin. Mula-mula aku ditempatkan di Kantor Direktorat
Jenderal Pembinaan dan Penggunaan Tenaga
Kerja (Kantor Ditjen Binaguna) yang ketika itu masih berkantor di Jalan Cempaka
I Nomor 5 Banjarmasin. Tahun 1995, aku
sempat beberapa bulan kembali tinggal di kota Banjarbaru, yakni sebagai PNS di
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Selatan. Selanjutnya
aku dipindahkan ke Kantor Kursus Latihan Kerja di Pelaihari. Dua tahun kemudian
aku dimutasi lagi ke Balai Kepaniteraan P4 Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
di Banjarmasin. Terakhir sejak 2005, aku
dimutasi lagi ke Balai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Aku berharap, tidak
dimutasi lagi ke lain tempat hingga tibanya masa pensiunku pada 1 Juli 2014
nanti.
Insya Allah, jika sudah
pensiun nanti aku ingin bermukim kembali di kota Banjarbaru. Sekarang ini aku
sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Rumahku yang ada di kampung Guntung Lua
sudah mulai kuperbaiki sedikit demi sedikit. Buku-buku koleksiku yang sudah
jarang kurujuk sebagai bahan referensi juga sudah mulai kupindahkan ke sini.
Setiap hari Jum’at atau Minggu aku selalu menyempatkan diri untuk berada di
rumah ini.
0 comments:
Post a Comment