Buana K.S. (Muara
Bungo)
Batang
Bungo
Bahkan orang-orang sudah
lupa berapa usiamu mengalir
Barangkali melebihi
panjang liukan tubuhmu sampai ke hilir
Setiap hari kita berjumpa
di kebisingan kota
Selalu dan selalu aku
menangkap keluhmu menderas sampai ke tepi
Kausimpan kegelisahan yang
mengalir
Di sekujur tubuhmu yang
melulu cokelat muda
Ada desir resah basah
kauhanyutkan dari huluan dan kali ini
kausampaikan padaku bersama reranting yang terombang-ambing di tubuhmu
kausampaikan padaku bersama reranting yang terombang-ambing di tubuhmu
Tentang derita yang
menyayatmu dari hulu sampai ke hilir muara
Mereka telah berkhianat
dan mencabik-cabik seluruh mahkotamu
Mahkota hijaumu dibabat
habis orang-orang yang tak pernah kenyang
Dan kota yang kaubanggakan
itu pun mengabaikanmu
Sementara puing-puing
jembatan semasa perang bangsa ini
Dan dermaga yang tak lagi
terpakai selalu bersamamu tak bergeming
Hingga suatu waktu langit
menangkap keluhmu yang berkepanjangan
Turunlah bala tentara
hujan melautkan duka-duka rimbamu
Dan perlahan resahmu
adalah derita rerumah mungil dan kota-kota
Sampai laut pun mengapungkan
keresahan yang membuih
Muara
Bungo, 11 Maret 2016
Buana K.S. lahir
di Desa Air Kelinsar, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan pada 17 Agustus 1985,
dengan nama Lahir Bambang Hirawan. Event
Sastra yang pernah diikutinya adalah Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya I di
Sumatera Barat (2012).
Karya
puisinya tergabung dalam antologi puisi Penyair Indonesia dan mancanegara,
seperti antologi 25 penyair muda
nusantara
Traktat Cinta dan Dosa dalam Dendam (Pena Ananda, Juli 2011), antologi sehimpun puisi generasi kini Jejak
Sajak (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas
(Awang Awang Publishing, 2012), antologi
puisi IGAU DANAU (Sanggar Imaji, 2012),
bilingual poetry anthology SPRING
FIESTA/Pesta Musim Semi (Araska Publisher, 2013), antologi puisi Kota Jam
Gadang “Bukittinggi Ambo di Siko (Fam Publishing, 2013), kumpulan puisi penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta,
2014), antologi puisi penyair dua
kota LACAK KENDURI (Imaji, 2014), antologi puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibukumedia, 2015), antologi penyair Menolak Korupsi IV Ensiklopegila Koruptor (Forum Sastra
Surakarta, 2015), antologi puisi Dari Negeri Poci VI “Negeri
Laut” (KKK, 2015), antologi puisi Sakkarepmu Penyair Mbeling Indonesia (Sibukumedia,
2015), antologi 13 penyair Jambi PENDARAS
RISAU (Rukam & Imaji, 2015), dan
antologi puisi penyair Jambi Rumah Cinta (Balai
Bahasa Provinsi Jambi, 2015). Saat ini menetap di Muara Bungo, Jambi.
Dian Rusdiana
(Bekasi)
Monolog Sungai
1/
akulah sungai yang tak pernah letih
menampung hujan menetaskan benih
menyelusur dalam riwayat
membawa butiran pesan langit tak
bersekat
mencipta udara dingin yang mengelupas
kulit
mengarsir sebuah nama begitu wingit
mengaliri sawah sawah yang gelisah
dan rumah bagi ikan-ikan menelurkan
silsilah
di antara percik air batu-batu menyala
memantulkan cahaya berwarna tembaga
perempuan-perempuan kampung mencuci di
tepian
tak pernah surut menghanyutkan
kebimbangan
2/
akulah sungai yang selalu resah
lewat satu ranah diselimuti geliat
sampah
menyaksikan kelindan keriuhan
bagi kota yang memuat ketergesaan
kusaksikan purnama kesepian
tertikam ribuan lampu kesementaraan
3/
di muara kulunaskan perjalanan
melepas kisah yang lama terpendam
zaman
dan kepada laut kutawarkan hulu
percakapan
biar mengendap menjadi asin kenangan
Bekasi,
Maret 2016
Dian Rusdiana,
lahir di Jakarta 14 September 1978. Puisi-puisinya pernah dimuat di Buletin JEJAK, Radar Bekasi, Indopos, Majalah Horison, Banjarmasin Post,
Cakrawala Makasar, Antologi Kepada
Bekasi (2013), Gemuruh Ingatan
(2014), Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit
(2014), Empati untuk Gaza (2014), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia II
(2014), Saksi Bekasi (2015), Memandang Bekasi (2015), Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Tifa Nusantara 2 (2015), dll. Saat ini
bersama beberapa penyair aktif berkegiatan di komunitas Forum Sastra Bekasi.
Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Dedy Tri Riyadi
(Tegal)
Analogi Sungai
“Lenyapkan
aku, habiskan aku dalam hausmu.”
Joko
Pinurbo
1/
Aku tahu, kau tak akan berhenti
di bawah bayang jembatan besi. Di
antara
batuan padas, rumpun bambu, dan
kesepian
yang tak habis diperbincangkan ini.
Kau terus mengalirkan luka – dan
sejenisnya
untuk diteruskan sampai habis
peradaban.
Aku tahu, di situ hatiku bukanlah
batu.
Yang lama-lama tergerus dan
kausangsikan
mampu bertahan.Tak ada permisalan
sempurna
kecuali sebaris lirik lagu lama –
dendang melayu;
“Anak
punai, anak merbah, terbang turun buat sarang.
Anak
sungai pun berubah, ini pula hati orang.”
2/
Aku sungai, kau pun itu.
Kita saling menggelorakan harapan.
Tak penting sesiapa lebih dulu
berniat menghanyutkan.
Di antara batuan padas, rumpun bambu,
dan
kesepian yang tak habis
diperbincangkan,
aku beroleh bayang-bayang jembatan
besi.
Dan kau mendapatkan kembali
kenangan yang urung terlarung.
3/
Seperti Gangga, Tigris, dan Musi
setiap sungai punya cerita derita
sendiri.
Dari tangannya, sejarah dicuri
dan harapan dijarah tanpa henti.
Dari matanya, kita dipertemukan
dengan kekeruhan dalam diri. Dan
berulangkali, seperti bebatuan padas,
ada yang mesti diungkapkan
keras-keras.
2015
Dedy Tri Riyadi
lahir di Tegal, 16 Oktober 1974. Berkenalan dengan sastra melalui beragam
komunitas mulai dari Bunga Matahari, Apresiasi Sastra, sampai akhirnya bergiat
di komunitas pagelaran sastra dan musik Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR
Malam).
Di sela-sela kesibukannya sebagai insan periklanan,
ditulisnya puisi, cerpen, maupun novel. Beberapa di antara karya puisinya sudah
pernah dimuat di lembaran sastra surat kabar minggu, seperti Kompas, Koran Tempo, Jurnal Nasional, Pikiran Rakyat, dan ada juga yang dimuat
dalam Majalah Sastra Horison, Majalah
Insan Periklanan, dan Antologi Dewan
Kesenian Jakarta. Sedangkan antologi puisinya bersama Maulana Ahmad dan Inez
Dikara terbit tahun 2007 silam.
Buku puisi pribadinya pertama kali terbit tahun 2011
bertajuk Gelembung melalui penerbit
PaSaR Malam. Lalu di tahun 2014, buku puisinya berjudul Liburan Penyair diterbitkan oleh Penerbit Halaman Indonesia.
Meskipun begitu, dia lebih sering memuat puisi-puisi karya melalui halaman blog
pribadinya yaitu www.toko-sepatu.blogspot.com
atau pun melalui halaman facebook-nya.
Dyah Kencono
Puspito Dewi (Bekasi)
Pemakaman
Sungai
Seperti lenggok tari serimpi
Sehalus sabetan sampurnya
Mematahkan jiwa yang pasrah
Begitupun ganggang di kali
Batang hijaunya melenggang sempurna
Searah arus air meliuk-liuk ramah
Hiasi dasar sungai indah tak kira
Sehalus sabetan sampurnya
Mematahkan jiwa yang pasrah
Begitupun ganggang di kali
Batang hijaunya melenggang sempurna
Searah arus air meliuk-liuk ramah
Hiasi dasar sungai indah tak kira
Pada sungai yang mulai cokelat
Berbusa-busa bagai bisa salju
Gemerciknya kini adalah rintihan tak bertepi
Ganggang di kali tak lagi mampu bertunas
Irama lenggangnya tak kasat mata pula
Tergerus limbah pekat yang bukan maunya
Ini bukan kehendak alam
Hanya ruda paksa manusia
Berbusa-busa bagai bisa salju
Gemerciknya kini adalah rintihan tak bertepi
Ganggang di kali tak lagi mampu bertunas
Irama lenggangnya tak kasat mata pula
Tergerus limbah pekat yang bukan maunya
Ini bukan kehendak alam
Hanya ruda paksa manusia
Ganggang di sungai menangis
Tarian nya tak lagi sempurna
Batang batangnya tergerus pupus
Siapa akan mengkafaninya
Tarian nya tak lagi sempurna
Batang batangnya tergerus pupus
Siapa akan mengkafaninya
Ikan-ikan di kali pun berduka
Ke mana akan sembunyikan diri
Sang arus makin rakus
Menghitam dan meradang
Libas segala rupa
Akar ganggang telah tercerabut
Tak bersisa
Ke mana akan sembunyikan diri
Sang arus makin rakus
Menghitam dan meradang
Libas segala rupa
Akar ganggang telah tercerabut
Tak bersisa
Pemakaman di sungai terjadi sudah
Duka siapa terhempas di arusnya
Bukan kehendak alam
Tapi ruda paksa manusia
Duka siapa terhempas di arusnya
Bukan kehendak alam
Tapi ruda paksa manusia
Siapa kan menangis
Bekasi,
150316
Dyah
Kencono Puspito Dewi lahir 25 Mei. Puisi puisinya terangkum
dalam antologi bersama Kilau Zamrud
Khatulistiwa (Yogya 1984), Manusia
dan Mata-Mata Tuhan, Yogya Istimewa,
Indonesia Dalam Titik 13, Cinta Rindu dan Kematian, Puisi Menolak Korupsi 2a, Langkah Kita, Solo dalam Puisi, Puisi
Menolak Korupsi 4, Puisi Menolak
Korupsi 5 (Perempuan Menentang Korupsi), Puisi Memo untuk Presiden, dan
Duka Gaza Duka Kita. Kurator dan penggagas antologi puisi Memandang Bekasi. Sekarang aktif di
Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi. Pos-El: puspito62@gmail.com
Nomor ponsel: 081219753791/ 085780408379.
Edi Santosa
(Banjarbaru)
Bahasa Sungai
Riak-riak berteriak aku tersentak
Sungai berdarah mengaliri sawah-sawah
Petani membajak dengan payah
Keringatnya menetes bercampur dengan tanah
Mereka memberi padi, engkau memberi polusi
Riak-riak berteriak
aku tersentak
Sungai bernanah mengalir ke segala arah
Orang-orang resah berbondong-bondong membunuhnya dengan
sampah
Mereka memberi penghidupan, engkau memberi pengkhianatan
Riak-riak berteriak aku tersentak
mengalir hening dalam tarian
daya pikir, rasa dan mencipta
manusia berkarya
mereka beri kecukupan, engkau memberi kotoran
Riak-riak berteriak akankah tersentak
Sungai mengalir lugu liuknya melagu
Menyimpan dendam semakin
dalam
dan ketika daya tertempuh penuh
dalam sekejap akan melibasnya
berbicara dengan bahasanya
Oh Sungai
Banjarbaru, 10 Maret 2016
Edi Santosa lahir di
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, 18 September 1974. SD sampai SMA di Kabupaten Kulonprogo, pendidikan tinggi ditempuh di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di Fakultas Kedokteran Hewan, dan dinyatakan
lulus sebagai dokter hewan pada tahun 2004.
Menikah pada tahun 2011 mempersunting
gadis Banyuwangi yang bernama Dwi Esti Handayani dan dikaruniai tiga orang putra putri yang bernama, Muhammad Fakhri Izzudin,
Nabila Ghina Hanifah, dan Luqman Syaqiq Shalahudin.
Pada waktu kuliah di UGM, pernah
ditunjuk oleh Kampus sebagai Asisten Dosen Statistika, setelah lulus kuliah
bekerja di beberapa perusahaan swasta di beberapa kota Besar di pulau jawa dan
Bali, dan akhirnya pada tahun 2007 memutuskan untuk mengabdi menjadi PNS di
lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada Dinas Peternakan.
Aktif dalam pembacaan puisi dan cerpen
dalam berbagai acara sejak SMP sampai sekarang . Karya-karya puisi yang
dimuat antara lain pada antalogi puisi : Kalimantan
Selatan : Menolak untuk Menyerah (2015), Goyang Wc ( 2016), Ibu dalam
Balutan Rindu ( 2016), dan Ayo Goyang
( 2016). Nomor ponsel: 081256560202. Pos-El: drh.edisantosa@gmail.com.
Laman: www.edisantosa.com. Alamat surat: drh. Edi Santosa d.a. Dinas Peternakan Prov. Kalimantan Selatan,
Jalan Jendral Sudirman No. 7,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70711.
Melarung
Cikapundung
kemarau
yang datang, matahari yang riang
batu-batu menunggu anak-anak berteriak
kegembiraan terapung bersama limbah
dari hulu penghianatan mengalir seusiaku
batu-batu menunggu anak-anak berteriak
kegembiraan terapung bersama limbah
dari hulu penghianatan mengalir seusiaku
keringat
bumi menyentuh ladang jauh
perempuan berkulit putih fana mandi jua
di kejauhan jembatan lalu lalang kehidupan
dari jendela mobil berpuluh pasang memandang
perempuan berkulit putih fana mandi jua
di kejauhan jembatan lalu lalang kehidupan
dari jendela mobil berpuluh pasang memandang
segala
lumut sejak Maribaya selancar cintaku
ketam semakin hitam di sela Banceuy
berpuluh kilometer ikan bertahan hidup
di musim hujan kotaku bernapas deras
ketam semakin hitam di sela Banceuy
berpuluh kilometer ikan bertahan hidup
di musim hujan kotaku bernapas deras
Bandung (01032016)
Elly
penulis asal Kota Bandung kelahiran Juni 1973. Dengan menggunakan nama Elly
Andromeda pada akun jejaring sosialnya. Selalu dan masih belajar menulis puisi
dari pengalaman spiritualnya sebagai salah satu kebutuhan batinnya. Pernah
tergabung dalam beberapa antologi bersama.
Eri Syofratmin (Muara Bungo)
Kering Kerontang Kuning Tai
Amarah
geram dendamku
Menganak
sungai ke banda-banda
Ke
parit-parit, ke got-got
Ke
selokan-selokan
Air
limbah busuknya
Hasil
onani pabrik-pabrik
Mesin-mesin
dongfeng pencari butiran emas
Hampas
kentut tainya menggenang di Sungai Batang Tebo
Menghitamkan
Sungai Batang Bungo
Mengeruhkan
aliran Batang Hari
Ikan-ikan
menggelepar-gelepar pada mati
Air
Sungai Tanah Pilih kering kerontang kuning tai
Akibat
hisapan bertriliyun-triliyun akar-akar sawit
Sementara
para penguasa dan pejabat kongkalingkong
Yang
penting kantong tak kosong
Yang
penting uang bertong-tong
Muara Bungo, 9 Maret 2016
Eri
Syofratmin lahir di Muara Bungo, 7 September
1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI
Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di
IKIP Padang Jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Semasa kuliah banyak
berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman
Sumatera Barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo.
Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak di bidang seni tari
dan musik tradisi.
Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang, dll. Puisi-puisinya juga tergabung dalam
antologi bersama seperti PRASASTI
(1999), LACAK KENDURI (Dewan Kesenian
Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA
(KKK, 2015), Sekumpulan Puisi Sakkarepmu
Penyair Mbeling Indonesia
(Sibukumedia, 2015), Kumpulan Puisi 13 Penyair Jambi Pendaras Risau (Rukam & Imaji, 2015) 70 Penulis Puisi Menyemai Ingat Menuai Hormat (D3M KAIL,
2015), dan Ombak Biru Semenanjung,
1020 Sonian Tiga Negara (KKK 2016). Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni
Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.
Alamat: RM. SATE KAMBING LERI ASKA, Jalan SUDIRMAN KM. O (
Depan Hotel Pelangi), Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten
Bungo-Jambi-37214. Pos-El: eri_syofratmin@yahoo.co.id,
Nomor ponsel: 081368111271.
Sungai Cempaka
Dirimu
mengalir lepas seperti kupu-kupu mengepak bebas
Tiada
hambatan, apalagi tekanan batin yang nelangsa
Kau
semata senang berbagi kegembiraan
Bersama
masyarakat hilir kota
Percikanmu
membuat ikan-ikan menari meliukkan diri
Tubuhmu
ialah surga anak-anak melepas riang
Juga
area mencuci dan pemandian ibu-ibu desa
Dan
tempat hiburan pemancing mania
Bagiku,
kaulah napas kehidupan desa
Aliran
panjangmu membentang, serasa mengalahkan lebarnya samudera
Padang, 8 Maret
2016
Fatimah
lahir di Pekan Baru, 18 Oktober 1993. Saat ini masih kuliah di Jurusan Aqidah
Filsafat, Fakultas Ushuluddin, IAIN Imam Bonjol, Padang. Ia bisa dihubungi di
nomor ponsel 085264462539 atau Pos-El: fatimah.if4@gmail.com,
dan bisa juga via facebook: FatiMah
Althafunnisa. Alamat sekarang Jalan M. Yunus. No. 30. RT 02/04, Surau Balai,
Anduring, Kuranji, Padang, Sumatera Barat.
Fauzi Rohmah (Tanah Bumbu)
Hulu ke Muara Aku Nelangsa
Kepadamu?
Telah kuhaturkan senyum ramahku
untukmu
Kupersembahkan kasih tulus kepadamu
dan telah kuserahkan nadi kehidupanku
untuk menghijaukanmu
Hingga wangimu semerbak,
mengepakkan kelopak, mekar ranum dan
siap dipetik
Aku mengalirimu sepanjang jejakmu dari
hulu
Di antara percumbuanmu aku menjadi
penghulu
Di bawah mega yang bergumul berarak
Di angkasa. Udara mengembuskan rasa
menyisir dedaunan layu
Kepadamu?
Restuku untukmu yang asyik masyuk
bercinta
Tetarian ikan-ikan. Angin menderu
memacu gelombang
Melantunkan kidung dayang-dayang buih
Layar terkembang menghantarkanmu
menyemai benih
Kupu-kupu berdansa ria di pucuk-pucuk
kelopak bunga
Menyesap manisnya sari di kandungannya
Kumbang kumbang berkejaran
mengitarinya dan bernyanyi
Mendendangkan irama bahagia di musim
semi
Kunyalakan cahaya kunang-kunang di
gulitanya malam
Lentara untukmu dalam perjalanan.
Muara
Kepadamu?
Oh, tiada kusangka sungguh hina diriku
di matamu
kaubalas kebaikanku dengan air
limbahmu
Kaularutkan racun, tenggorkanku
tercekat
Laksana ikan terkena tuba
Aku menggelepar dan terkapar
Aku tercemar, dan nyaris mati tak
wajar
Bertumpukan perih. Hulu ke muara aku
nelangsa.
Tanah
Bumbu, 26/01/2016
Fauzi Rohmah
lahir di Magelang, 01 Juni 1990. Semasa kecil mulai gemar membaca koran dan
majalah yang memuat cerpen. Lulusan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,
Program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini sejak tahun
2014 aktif mengajar di SMKN 1 Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan sebagai guru Bahasa Indonesia. Bertempat tinggal di Jalan Mustika
(Sedap Malam) RT 02, Desa Batuah, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan.
Prestasi
pertama yang diraihnya sebagai juara harapan II lomba Penulisan Teks Kebahasaan
bagi Guru SMP dan SMA se-Kalimantan Selatan pada lomba Bulan Bahasa yang
diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015.
Menyenangi alam, baginya awan, ombak, laut, hutan, dan sawah adalah puisi
terindah Tuhan.
Bisa
dihubungi via Pos-El: fauzi.rohmah90@gmail.com,
dan Facebook: https://www.facebook.com/zie.roro. nomor
ponsel: 085348084344.
Hadi Sastra (Tangerang)
Ketika Bah Menyapa
-- kali angke
melampaui sungai ini, mataku menangkap
bah menyapa tambak-tambak pemancingan
-- tempat orang-orang melumat waktu
dengan kepulan asap rokok, pelet dan mata kail
sementara, ikan-ikan mencari nasib
sendiri
merobek bibir tambak, menyambut
lambaian arus
-- seperti kawanan kelelawar memecah
langit
menggapai pengharapan untuk esok hari
sapaan bah melambatkan perjalananku
di antara riuh orang-orang memburu
ikan
dengan jala dan beragam peralatan
bah menyapa tanah-tanah pelataran
undang kericuhan, warnai pagi
tenggelamkan jalan dan mata kaki
bah yang datang menyapa
apakah menenggelamkan mata hati?
Tangsel,
Maret 2016
Hadi
Sastra,
adalah nama pena dari Washadi. Lahir
di Brebes pada tanggal 4 Juli. Seorang guru di Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten. Pernah menjadi Kontributor Berita di Harian Umum Suara Tangsel, Redaktur Tabloid Perkasa
Nusantara, Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Assa’adah, dan Pemimpin Redaksi Buletin Mantra. Tulisan-tulisannya dimuat di sejumlah media massa dan
beberapa antologi puisi dan antologi cerpen.
Aktif berkegiatan sastra di Komunitas Sastra Indonesia
(KSI) Tangerang Selatan. Saat ini menjabat sebagai Sekretaris Komite Sastra
Dewan Kesenian Tangerang Selatan (DKTS) merangkap Komite Sastra DKTS. Pos-El: hdsastra47@gmail.com.
Facebook: hadi_patjul@yahoo.com. Nomor ponsel:
081212656095
Hasan Bisri BFC
(Bogor)
Kali Pencongan
berdiri di punggung jembatan ini
jiwaku direntang 3 daratan masa
yang masing-masingnya ditandai
kecemasan
dan kehampaan serupa
Daratan
masa 1
berpuluh tahun lewat usia
ketika negeri dicengkeram Walanda
serenceng peluru menetaskan sejuta
syuhada
pada dada sungai, airnya menjelma
karpet merah
dari kucuran darah melimpah
di atasnya bersijingkat arwah pejuang
dan kenangan
digulung mayat-mayat yang mengambang
sementara pada bahu bantaran
para perempuan meratap dan nyalang
menuruti utas sungai hingga mulut
muara
adakah lakiku di situ?
adakah menantu dan atau anak-anakku di
situ?
Daratan
masa 2
kutebarkan jala dan pancing di dada
kali
tak kutemukan ikan-ikan
di manakah gerangan kakap sedepa
dan urang satang yang menggugah selera?
seperti bertahun silam
ketika kali belum lagi jadi lambang
kecemasan dan kegelisahan
kuturutkan deras arus air
tak kuasa menolak takdir
dan hanya kepasrahan menerima derita bersama
gelepar ikan-ikan dan kura-kura
mengurut sulur galur nenek moyangku
di
punggung jembatan ini
kali tampakkan kecemasan melimpah
tapi pada batas ini aku dipukul rasa
getun
lukisan-lukisan kecemasan dan
ketakutan dan rasa putus asa
pada lembaran air yang tergelar lebar
bau amis surga menimbun bening embun
warna merah kehitaman disedu bahan
kimia
dari limbah pabrik batik kukira
adakah adikku tertimbun jati dirinya
di situ?
Daratan
masa 3
saban tegung di punggung jembatan ini
ada yang ngoyak-ngoyak jiwa
dan cemas tak mampu mendamaikan
dirinya
janin-janin tak lagi tidur dan lena
dipukat kecemasan yang sama
sementara embun dipermainkan cahaya
cahaya dipermainkan ketiak dedaun dan
bunga
di bibir sungai dan perut bantaran
kali
adakah hantu dan ketakutan bagi
anak-anak
yang berpengharapan?
kali tak lagi bisa diseberangi
oleh tangan-tangan kecil bocah-bocah
kecil
seperti masa laluku nsaat melupa
segala hantu
di rahang waktu, nasib begitu ketat
bergayut
tapi dengarlah
suara-suara malaikat kota
yan g dihembuskan harum napas turistik
kan menyulap bantaran dan kali
menjadi surga yang masih kira-kira
Hasan Bisri BFC
lahir di Pekalongan, 1 Desember 1963. Menulis puisi, cerpen, esai, humor,
wayang mbeling, geguritan, kritik film, dan skenario. Karya-karyanya dimuat di Republika, Surabaya Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Femina, Gadis, Berita Buana, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara
Pembaruan. Koran Sindo, Solo Pos, Buletin Jejak, dll. Puisinya dimuat dalam
35 antologi, antara lain Saksi Bekasi
(2015), Sang Peneroka (2015), Merangkai Damai (2015), Dari Negeri Poci 5: Negeri Abal-Abal
(2014), Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara
II (2014 ), Solo dalam Puisi
(2014), From Cradle to Grave (2014), Jalan Cahaya (2014 ), Bogor dalam Komposisi (2013), Pertemuan Sastrawan Nusantara I, Tifa
Nusantara (2013), antologi Dwibahasa Indonesia–Mandarin
Pertemuan Persahabatan (2013 ), Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Akulah Musi (PPN V, 2011), Beranda
Senja (2010), Rumpun Kita (PPN
III, 2009), Tanah Pilih ( TSI I, 2008
), The 1st International Poetry Gathering
(PPN I, 2007), antologi Dwibahasa Indonesia–Mandarin Resonansi (2000); Antologi Puisi Indonesia (1997), dan antologi
tunggalnya yang berjudul Jazirah Api
terbit 2011.
Puisi-puisinya dibacakan secara langsung di TPI/ MNCTV,
Indosiar dan TV Edukasi. Sering diundang
membacakan puisi dan diskusi di mancanegara antara lain di Rumah PENA dan
GAPENA (Kuala Lumpur, 1999), Dialog Utara VIII di Thailand Selatan (1999), Hari
Puisi Nasional XVI di Langkawi (2000), Hari Puisi Nasional XVII di Sarawak
(2001), Kembara Budaya di Miri, Sibu, Kuching (2001), dan PPN IV di Brunei
(2010).
Ia juga pernhah menjadi pemakalah XI di Brunei (2001).
Diundang oleh DKJ TIM di Tadarus Puisi untuk membacakan pusi-puisinya (2013 dan
2014 ). Dewan Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) ini kini juga aktif di
Forum Sastra Bekasi (FSB). Penulis sekarang tinggal di Jalan Anggrek I Blok F2
nomor 2-3 Vila Nusa Indah, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor 17427 dan bisa
dikontak melalaui Pos-El: jazirahapi@gmail.com atau nomor ponsel 0818988613 dan
08888003224.
0 comments:
Post a Comment