Jika dalam hidup pencapaian penghargaan pada benda semata, yang terlihat hanya benda-benda material, padahal kekayaan batin, hati dan cinta tak pernah akan terlihat secara dhahir. Karena ia berada dalam kebahagiaan. Dan seringkali kebahagiaan menag tak mesti disimbolkan, tetapi ada kedalaman rasa. Karena, ia lebih memperkaya diri bukan dengan benda-benda material yg kasat mata yang dihargai.
Hidup sesungguhnya perubahan, perubahan yang menakjubkan. Banyak sisi kehidupan yang terlepas kemudian kita temukan kembali. Ataupun hilang namun untuk kembali. Dan aku sudah menemukan surga yang dirindukan itu, dan aku telah memilih surgaku sendiri.
Perlahan-lahan menghilang,
terbayang bayang kau datang berlarut larut kau merajuk, berlari lari aku datang. Sampai habis air
mataku.
Lagunya Novita–Sampai Habis Airmataku ini mengalun lembut betapa lagu itu lagu pernah dinyanyikan Banyu.
Banyu memang pandai main gitar dan selalu menyanyikan lagu lagu Broery, ia pandai menyanyikan lagu Broery.
Saat kau pergi telah kupilih jalanku kembali. Pada sendiri. Pada surga yang telah kupilih sebagai jalan kembali. Apapun waktu takkan pernah kembali, waktu telah selesai, untuk disia-siakan. Waktu begitu terbatas dan berharga untuk airmata. Maka biarkan kupilih sendiri jalani takdir Illahi sendiri. Kita telah berbeda. Dan tak lagi bisa sama. Takkan pernah kusesali karena jalan yang kupilih benar, jalan surgaku.
Percaya tidak boleh pun tidak. Hidup
ini memang seperti novel itu sendiri. Lama aku tak menulis. Hampir sepuluh
tahun off dari kegiatan apapun yang jauh dari kegiatan bertemu teman-teman lama.
Dan Puisi aku sudah lupa bahkan meninggalkan jauh jauh di luar duniaku. Aku
konsen mengajar dan mengejar karir di dunia pendidikan.
Sejak kematian Banyu, praktis aku
hidup seorang diri. Satu persatu ingatanku mulai muncul. Aku mulai mengingat abah, umi dan saudara-saudaraku, juga mulai mengingat masa laluku
bahwa aku punya suami namanya Banyu dan seorang bayi yang mungil yang baru saja
kulahirkan. Yang entah sekarang dimana keberadaannya, bayi itu selamat atau
tidak dalam kecelakaan maut itu.
Hidup terpisah jauh dari kedua orang tua
apalagi Abahku sudah lama meninggal,
pun juga umi. Apakah ada saudara saudara kandungku yang peduli dengan hidupku. Sejak
di persidangan keluarga aku dikatakan melawan aku sudah terpisah jauh dari
keluarga besarku. Aku terasing dikucilkan dijauhi dan dimusuhi merasa
disingkirkan oleh semua saudara-saudaraku. Dan aku sangat kotor dengan seluruh
dosa-dosaku.
Abahku puas, Ibuku senang. Karena aku
memang harus keluar dari lingkungan orang tua. Saat aku memilih Banyu dan
menikah di rumahnya. Dan aku mempertahankan Banyu dan jadi menikah dengan orang di lingkungan seni.
Tetapi bukankah aku gambling, bertaruh kebahagiaan dengan diriku sendiri. Bayangkan
kenalan yang serba cepat lalu mengambil keputusan menikah memang keputusan yang berani. Ini pun jodoh
pemberian pemberian Tuhan. Mungkinkah ada yang salah dalam jodohku yang
kuterima? Mungkinkah aku telah salah memilih jodoh untuk hidup yang kujalani
sendiri. Entah mungkin begitu istilahnya
atau jodoh pilihanku sendiri. Mengapa aku tidak mengikuti suadara–suadara yang
begitu mudah begitu saja menerima jodoh dari Abah-ku? Mengapa mereka bisa menerima tetapi aku tidak? Atau karena
mereka memang tidak mempunyai pilihan hidup yang lain kecuali menerima. Lama
sekali aku membuang jauh kenangan-kenangan itu. Dan menutup lubang lubang yang
pernah ada dengan hari hari yang kuisi untuk lebih bermakna dan bermanfaat
dengan suami dan anak-anakku.
Pacar? Boy friend? Bukanlah. Aku gak
ngapa-ngapain dengan Banyu. Banyu sangat pemalu Banyu sangat menghormatiku. Danaku
tidak pacaran dengan Banyu. Cinta datang begitu saja. Entahlah apa namanya. Yang
jelas aku berhubungan dan berteman lama dengan mas Banyu lebih dari 5 tahunan
selama kuliah. Namun cinta Banyu sangat menjaga tidak pernah merusak. Sehingga
hubungan awet. Dia juga tidak merasa jadi pacar atau istilah lainnya. Cinta
begitu saja dan apa adanya. Hingga tiba
hal-hal yang tak kusadari apa arti semua kata-katanya dan mengizinkanku dan
memberi sinyal.
Begitulah awal perkenalanku
dengannya saat aku jatuh dan kehilangan Banyu. Banyu yang menjadi semangat
hidupku harus berakhir tiba tiba. Inikah pesan tersiratnya yang menginginkan
aku pergi? Ya pergi dari dirinya. Ternyata ia tak sanggup untuk memberi
kepedihan yang lebih lama karena ia pun tak sanggup menyakiti keluargaku. Ia
biarkan merelakan kebahagiaanku untuk orang lain?. Tidak aku tidak akan
melaksanakan perintah terakhirnya untuk aku menikah lagi. Ia tak sanggup untuk
menyakitiku, tak sanggup untuk menikah dengan yang lainnya karena ia tak bisa memaksakan kehendaknya,
dan tak ingin aku harus keluar dari keluarga. Ia ingin aku menikah dengan Azam
jodoh pilihan orang tuaku, tetapi aku tak mau menerima jalan keputusannya itu. Aku
tetap setia dan memilihnya. Dan hanya
jadi melukai semua pihak. baru kusadari
setelah kepergian dan keputusannya yang
termat logisnya yang tiba-tiba.
“Aku tak sanggup menyakitimu!”
“Lelaki aneh!”
“Aku akan biarkan kau bahagia!”
“Kau membeciku!”
“Tidak, aku tidak membenci!”
Banyu, Eddy Hayu Banyu itulah lelaki paling aneh yang kujumpai. Pacar,
tidak juga. Sayang mungkin iya. Jangan harap ia akan bisa keluar kata cinta
atau lv dari bibirnya. Cinta adalah keunikan dan kecuekan yang acuh tak acuh. Cinta
adalah acuh tak acuh. Tidak peduli dan tidak gagasan. Suka lupa dan suka lupa
ingatan. Banyu adalah paling nakal, dugal, cuek, egois dan tak pernah ia
katakan sayang. Meski sayangnya setengah mati padaku.
“Akulah Kouru bagi sajak sajakmu,
Lifo!”
“Benny, sudah tahu belum?”
“Apa?”
“Banyu, pergi?”
“Pergi kemana?”
Dia tak ingin melihatmu sakit hati
dan membencinya.
“Apa?”
“Mbok yang jelas kalau ngomong
jangan nangis dulu, ada apa Yan?”
“Banyu meninggal!?”
“Karena?”
“Kecelakaan!”
“Innalillahi wainnailahi roji’un!”
Begitulah Banyu tidak pernah
berbicara tentang perpisahan. Tiba tiba pergi. Aku hanya tahu Banyu sering
sakit tetapi tentu tak parah, ia lalu sembuh lagi, sembuh lagi begitu. Ya Tuhan
jagat dewa batara, ya Allah kuatkan hati ini, bagaimana aku bisa percaya dan
menerima keputusannya. Aku mencoba konfirmasi. Begitu cepat kabar tersebar. Dan
bagaimana sehari yang lalu masih kontak aku masih bercerita dan masih
nyanyi-nyanyi masih tertawa–tawa dan pagi ini sudah pergi. Ia harus pulang ke kampung
halamannya setelah lulus sarjanan di kampus. Dia sudah tak ada lagi di kota ini.
Selama hubungan dengan Banyu aku
banyak diajak ke tempat tempat untuk laporan observasinya. Ke Sukuh, ke
Kedungombo, ke manapun kalau aku bisa menemani aku akan menemani untuk
menyelesaikan buku bukunya. Namun terakhir kontak aku dia hanya sakit sakit
biasa tak separah yang kuduga. Kenangan demi kenangannya begitu takjub dan
memukau.
Tak ada cinta yang sedahsyat
cintanya. Pun tak ada cinta sehebat ini. Mengalahkan Romy dan Yulie. Seperti
inspirasi dalam novelku Lifo dan Kouru. Meskipun
cinta tak pernah terkatakan, cinta tak bisa dilanjutkan. Banyu sangatlah cuek
dan sangat memihak jati diri dan keyakinannya dia menikahiku aku demi
kehormatan sebagai kelelakiannya, tetapi ia tidak marah dia ikhlas melepaskan
kematiannya.
Dia hidup demi kebahagiaanku. Dialah
kebahagiaan sejatiku. Cinta sejatiku meski harus pergi selamanya meninggalkanku.
Saat aku berhasil mati matian berthasil memenangkan cintanya, dia harus pergi
selamanya. Hancur dan kecewa hatiku sedih dan pedih pasti, Tawakkal pun harus,
ikhlas menerima keadaan. Sejak kematiannya aku banyak mendekat pada Tuhan. Di
pondok aku banyak memelihara anak anak yatim, yang kuanggap sebagai anak kandungku
sendiri. Kusekolahkan dan kubiayai sampai sekolah dan kuliah. Mereka sebenarnya
bukan anak anak kandungku sendiri, tetapi betapa masih pedih aku harus
kehilangan anak kandungku sendiri. Entah dimana rimbanya, entah dimana panti
asuhan dulu dititipkan oleh mertuaku, semua tinggal perjalanan sesal dan
penyesalan, akhir sebuah perjalanan panjang pencarian surga yang hilang. Kutebus
di sini di tempat mengabdikan diriku di sini. Di pondok yang bangun sendiri,
jauh dari orang tua, lepas dari keluarga.
Dan tidak semua orang kami masing-masing diam.
Tetapi aku merasa jadi pacarnya atau merasa dia pacarku. Lelaki paling cuek di
dunia soal cinta. Jangan harap ia akan melontarkan ribuan kata cinta dan rayuan.
Selama hidup jarang sekali ia mengatakan lv u padaku. Aku terkadang menanyakan
ini jenis hubungan apa? Ini sejenis simbiosis apa, cuma nyengir dan dagelan
saja yang kita bicarakan hanya hal hal yang membuat kita tertawa-tawa dan
mentertawakan hal-hal yang badung dan konyol. Dan sumpah demi Tuhan dia menjagaku
dan tak pernah merusak cintaku. Menjamah dan menodaiku.
Yang aneh adalah karena cintanya tak
ingin menyakiti. Jadi memang benar-benar tak ada yang harus tersakiti. Dan tak
ada dendam dan terlukai. Tidak saling tersakiti. Dia amat sangat tegas dan berpikir
dewasa. Bukan kanak kanak lagi. Kami
bukan seperti orang berpacaran, kami saling berjauhan. Karena aku justru
menjauh saat Banyu sedang kumpul-kumpul sama teman-temannya. Bahkan saat
acara-acara di kampus dia suka jadi tukang antar jemput teman-teman puterinya,
ya aku biarkan saja. Kami tidak lagi sedang pacaran.
“Aku lebih mencintai ruh dan
kejiwaan!” kata Banyu
“Bukan fisik?”
“Bukan!”
“Tetapi jiwa dan rasa yang aku
sendiri gak bisa jelaskan konsepnya!”
Tetapi dengan cara dia menjaga dan
mencintaiku seperti itulah, kami jadi pasangan awet. Dia sangat menjaga hatiku,
karena dia tak ingin menyakiti hatiku.
“Aneh memang bener-bener aneh,
mencintai kok menyakiti!”
Kami tak terlihat seperti orang
pacaran. Kami sama sama malu dan menjaga jarak. Tetapi justru karena pengertian
dan aku sangat memahaminya, siapa dirinya. Maka hubungan jauh dari cemburu dan
sakit hati, kami betul betul sangat menjaga. Dan setiap teman-teman bercerita si Banyu dengan ini si
Banyu dengan perempuan itu, aku tidak terbakar cemburu atau jeleus Karena aku
sangat tahu siapa Eddy Hayu Banyu.
“Sudah tak perlu diabadikan dalam
buku atau puisi, puisi itu apa?”
“Karena cinta itu sudah abadi
sendiri!”
“Aku tidak tega menyakiti perempuan,
aku jadi ingat Ibu kalau menyakiti perempuan!”
“Jadi kau memilih pergi, tinggalkan
aku dan menyuruhku pergi karena tak mau aku tersakiti!”
“Iya, suatu saat kau akan tahu!”
“Kenapa begitu?”
“Da, suatu saat kau akan tahu!”
“Kenapa harus menunggu suatu saat,
aku pingin tahu sekarang!”
Duh perempuan memang tukang ngeyel.
Dan kalau dibilangin suka bandel dan cerewet. Itu yang Banyu tidak sukai.
Lagu nan lembut suara serak dari
Cakra ‘kan mengalun dari mobilku di perjalanan. Mengenang hal-hal yang menjauh
pergi dan hilang. Menikmati lagu lirik lirik dari penyanyi Cakra ‘kan,
bisakah mendengarkan jiwaku berkata-kata. Selamat tinggal kenangan denganmu. Kau bukanlah kesalahan. Tak pernah aku menyesal. Tapi biarlah aku terbang bebas. Mencari cinta sejati. Mendengarkan jiwaku berkata-kata. ‘tak mungkin abaikan kata hati. Kau dan aku tak bisa bersama. Bagai syair lagu yang tak berirama. Selamat tinggal kenangan denganmu. Senyummu melepaskan diriku pergi. Selamat tinggal kenangan denganmu.
Itulah sepenggal lirik lagu Cinta Sejati dari
Cakra ‘kan yang super keren, dan cocok banget dengan suasana hatiku saat itu.
Bukankah hidup ini amazing. Hidup ini penuh kejutan kejutan
baru. Bahwa hidup ini keajaiban, bukan? Maka aku selalu tulis keajaiban-keajaiban-Mu
itu dalam tulisan. Kasih sayang-Mu dan segala yang bersumber dari kekuatan
Cinta-Mu menggerakkan semua.
Selanjutnya? Klik Daftar Isi atau Bagian Selanjutnya, yakni Segara Anakan.
0 comments:
Post a Comment